Jumat, 26 Oktober 2012

Pendidikan Seks Untuk Anak Usia SD?


Aku baru saja melewati pintu masuk rumah dan mengucapkan salam, ketika anakku si Tengah menyambutku dengan mengacungkan buku yang berada di genggamannya.
"Bu, baru saja bukuku yang ini masuk di berita teve...!"  Katanya sambil mengangsurkan buku itu kepadaku.
"Masuk di berita teve?" Tanyaku memastikan, sambil berpikir, jangan-jangan ada muatan porno lagi seperti kejadian buku LKS  "bang Maman dan istri simpanan" yang heboh tempo hari.
"Iya. Bab lima halaman lima puluh empat, Bu. Tadi disorot kamera teve. Lihat deh...!" katanya bersemangat.
Wah, kalau sampai masuk berita teve dan ditayangkan halamannya, biasanya ini berkaitan dengan konten porno nih, pikirku. Aku mengambilalih buku teks itu dari tangan anakku. Disampulnya tertulis "Olahraga dan Kesehatan Jasmani untuk Siswa SD-MI Kelas V".  Di sudut kiri bawah buku tertera logo "tut wuri handayani" dan tulisan "Pusat Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional."

Buku bergambar sampul tiga anak lelaki bermain bola itu langsung kubuka pada halaman 54 seperti yang ditunjukkan oleh anakku tadi. Ternyata itu halaman bab V untuk materi "Pendidikan Kesehatan." Kubuka lagi halaman 57, 58, 59, 60. Olala... Aku terbelalak. Sekilas terbaca olehku kata-kata ; menjaga kebersihan alat reproduksi, pelecehan seksual, hamil pra-nikah, seks pra-nikah, free sex, pengguguran kandungan, gonorrhoe, AIDS... MasyaAllah... Pikiranku langsung berontak ; sudah saatnyakah anak SD yang rata-rata berusia 10 tahun mendengar dan mengucapkan istilah seperti itu? Atau sebaliknya, apakah aku yang terlalu kolot, oldies dan konservatif sehingga berpikiran demikian?







Dengan penasaran aku membuka halaman depan buku teks milik perpustakaan sekolah itu. Pada "Pendahuluan" terdapat pengantar bagi anak didik dengan bunyi seperti ini ; "......kamu akan lebih tahu tentang bagaimana cara menjaga alat reproduksi, menjauhi minuman keras, dan  bahaya dari rokok..."  Sama sekali tidak menyebutkan adanya pendidikan seks. Demikian pula di awal bab V, tidak terdapat penunjukan "tujuan pengajaran" yang mencantumkan muatan pendidikan seks itu. Di awal bab hanya dicantumkan kalimat  "Sejalan dengan bertambahnya usia, maka kamu harus lebih menjaga dalam kebersihan, terutama kebersihan alat reproduksi. Bagaimana cara membersihkannya? Jawabannya akan kamu dapatkan dalam pembahasan bab ini." 

Jika titik berat pembahasan adalah pada materi kebersihan alat reproduksi, mengapa pada bab ini muncul bahasan  berkaitan dengan istilah dewasa yang berat? Bahkan porsinya lebih banyak daripada bahasan utama yang hanya sepanjang satu halaman? Rasanya memang ada yang tidak "connect" dalam materi bab V ini. Seperti ada materi 'siluman'. yang dipaksakan masuk ke bab ini.

Rasa penasaran dan geregetan akhirnya membawaku untuk mendiskusikan hal ini dengan salah seorang teman yang berkecimpung dibidang pendidikan melalui b********* messenger. Kepadanya kukirimkan foto halaman buku yang kumaksud. Tak salah. Ia bahkan mengomel mengatakan bahwa materi pendidikan seks seperti ini lebih cocok diajarkan untuk anak usia SMP dan SMA. Oya, aku ingat, dulu aku mendapatkan pendidikan seks pada saat duduk di kelas 1 SMA. Itupun materinya "ditumpangkan"  pada mata pelajaran Agama yang lebih banyak memandang dari sudut iman, moral dan budi pekerti. Kami berdua sependapat bahwa  gaya bahasa yang digunakan dalam buku itu terasa terlalu "tinggi" dan "kaku" untuk anak usia 10 tahun - bahasa yang tidak ramah anak. Jika memang bermaksud mengenalkan seks kepada anak kelas 5 SD, tidakkah lebih baik bila menggunakan bahasa yang 'ramah anak' dan sesuai dengan dunia anak-anak?

Lebih terbelalak dan tak habis heranku ketika membaca bagian evaluasi pada bab ini.
Pada kolom 'kegiatan'  tertulis perintah dengan bunyi seperti ini ; "Buat kelompok yang beranggotakan 4 orang. Kampanyekan 'Bahaya hubungan seksual pra-nikah bagi kesehatan dan sosial'. Tampilkan masing-masing kelompok di depan kelas."  Anak kelas lima SD? Kampanye tentang seks pra-nikah???  Mereka sebagian besar bahkan belum aqil baligh...!!  Ckckck...

Aku sibuk dengan pikiran dan perkiraanku sendiri. Tak rela dan tak tega rasanya membayangkan anakku bersama teman-temannya yang masih suka nonton Dora Emon dan Power Rangers, tiba-tiba harus berdiri di depan kelas mem-presentasikan materi 'bahaya hubungan seksual pra-nikah'..... Ya Allah, ampuni hamba. Apakah ini salahsatu tanda kemajuan jaman yang tidak bisa kuterima dan kupahami karena aku konservatif dan tidak moderen?

Aku menghela nafas sebelum bertanya kepada anakku yang  sibuk bermain dengan miniatur robot.
"Ariel sudah belajar sampai bab ini?"
"Belum," jawabnya singkat.
"Belum sampai bab lima?" Tanyaku lagi menyelidik.
"Buku ini sih jarang diajarkan sama Guru. Kalau pelajaran penjaskes (= pendidikan jasmani dan kesehatan) seringnya ya olahraga di halaman sekolah, bukan belajar di kelas," kata anakku.

Sekali lagi aku menghela nafas. Semoga gurumu cukup arif untuk tidak mengajarkan bab ini, nak... Karena menurut ibumu yang konservatif ini, materi seperti itu hanya akan membuat anak seusiamu matang karena dikarbit, dan lebih cepat membusuk nantinya....


Pondok Gede - 25102012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar