.............................
Dan ketika waktu membatasi, semuanya harus terhenti. Dewi melirik ke
penanda waktu di pergelangan tangan kirinya.
"Aku harus kembali...," katanya lirih.
"Time is over," Dewa menimpali sambil tersenyum maklum
meskipun hatinya belum rela mengakhiri jumpa mereka.
Di tengah hari panas berdebu mereka kembali berjalan bersisian menuju tempat awal
mereka bertemu. Dengan rasa kehilangan yang ditindihnya, Dewi mengikuti langkah
Dewa mengurus barang dan menghentikan taksi. Lalu melabuhkan
pandangannya pada punggung lelaki yang bergerak menjauh dan memasuki taksi.
"Aku pergi," Dewa berkata singkat. Ia tak menunjukkan
sikap apapun yang menunjukkan
suatu peristiwa perpisahan. Tak mengucapkan salam perpisahan, tidak menggenggam tangannya sejenak. Bahkan menghindari bertatap
pandang dengannya. Berpisah dengan Dewa selalu seperti itu. Dewa pernah
berkata, dia tak hendak larut dalam rasa kehilangan karena perpisahan.
Karenanya ia selalu bersikap seolah tak ada apa-apa dan tak merasakan apa-apa.
"Hati-hati...," hanya itu yang dapat diucapkan oleh Dewi.
Sesaat ia merasa seperti membuka genggaman tangan dan membiarkan pasir lolos
melewati celah jarinya. Ada yang hilang, dan tenggorokannya terasa sakit. Sedan
putih yang ditumpangi Dewa telah lenyap dari jangkauan pandangannya.
...............................
Pondok Gede - 22102012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar