Senin, 26 Agustus 2013

PAKET KOMPLIT



Halal bihalal, silaturahim, arisan.... Atau apapun namanya. Jika aktivitasnya adalah berkumpul, bicara, ngobrol, dan subyeknya adalah para perempuan, maka sudah bisa dipastikan bahwa ngerumpi dan curhat adalah topik utama.

Demikian pula dengan yang kutemui kemarin. Bertemu dengan teman-teman masa kuliah, lengkap dengan performanya masing-masing kini. Ada yang masih imut seperti dulu, ada yang makin pede karena kariernya yang menjulang, ada yang sangat "ibu-ibu" posturnya. Ada pula yang tetap apa adanya.... Meskipun telah beraneka rupa penampilannya, tapi tetap saja ibu-ibu ini setia pada kebiasaannya bila bertemu ; ngerumpi tentang apapun.

Entah bagaimana awalnya dan siapa yang lebih dulu membuka topik ini, tiba-tiba saja obrolan kami berubah menjadi monolog. Seorang teman - yang beberapa waktu lalu kudengar bermasalah dengan suaminya - menjadi bintang panggung. Dengan raut wajah tenang hampir tanpa ekspresi ia tak segan bercerita tentang biduk rumahtangganya yang pernah oleng karena hadirnya perempuan lain dalam kehidupan suaminya ;

"Sebelumnya gue nggak pernah menyangka akan mengalami hal seperti ini. Gue percaya bahwa suami gue adalah lelaki baik, beda dengan lelaki lain yang sering kudengar coba-coba main gila dengan perempuan. Tapi toh itu terjadi juga ke gue..." 

Kami ternganga saja mendengarnya. Aku bahkan sama sekali tak menyangka bahwa dia dengan enteng bercerita tentang kehidupan pribadinya. Lebih lanjut dia seperti menjadi pendongeng yang baik bagi kami. Diceritakannya bahwa WIL suaminya adalah seorang perempuan muda lajang yang usianya separuh dari usia suaminya. Betapa dia menduga bahwa perempuan itu mendekati suaminya, dengan motif memanfaatkan kedudukan suaminya yang menjadi bos bagi perempuan itu.

"Enak aja anak ingusan itu mau mengambil keuntungan dari suami gue. Dia nggak tahu bagaimana gue dulu menemani suami merangkak dari bawah. Dan sekarang dia mau mengambilalih peran gue disaat suami gue sudah jadi? Gue nggak mau di-poligami. Gue bahkan menantang suami untuk menikahi anak ingusan itu! Gue minta dicerai....!"  kata temanku berapi-api.

Kami makin terpesona mendengar monolognya.
"Gue bilang ke suami gue. Silakan nikahi perempuan itu kalau kamu serius dan mencintainya. Anak-anak kuserahkan padamu dan perempuan itu. Karena aku akan pulang ke rumah orangtuaku." 
Kami sedikit terperangah mendengar penuturannya tentang pengasuhan anak. Jika yang biasa terjadi pihak istri selalu ngotot minta hak pengasuhan anak, mengapa temanku ini justru menyerahkan pengasuhan anak kepada suami dan WIL-nya?

"Lu nggak sayang anak-anak? Lu rela kehilangan anak-anak lu?"  celetuk seorang teman kemudian.
"Siapa bilang? Ibu mana sih, yang mau kehilangan anak-anaknya? Gila aja kali....," katanya.
"Lalu kenapa lu berniat menyerahkan hak asuh anak-anak lu?"

Temanku si pelaku monolog itu menjawab dengan yakin. Jawaban yang membuat kami kembali terperangah. Betapa pemikirannya itu membuka cara berpikir kami dalam menghadapi perempuan-perempuan muda lajang yang berusaha 'merampas' suami perempuan lain.

"Gue sebenarnya menantang keseriusan perempuan itu. Apa dia benar-benar mau menerima suami gue apa adanya. Dalam susah atau senang, seperti gue menerima suami gue itu. Jangan hanya mau enaknya aja. Mau suami gue, tapi nggak mau anak-anaknya. Kalau memang dia serius cinta sama suami gue, mustinya dia mau juga dong, terima anak-anak sekalian mengurus dan mendidiknya..."
Kami yang mendengar kata-katanya itu akhirnya tersenyum. Betul. Itu adalah pemikiran yang brilyan dari seorang istri dalam upaya menyelamatkan rumahtangganya.

"Akhirnya betul kan? Anak itu ternyata nggak berani terima tantangan gue, meskipun suami gue oke-oke aja. Dia nggak sanggup jadi istri suami gue sekaligus jadi ibu anak-anak gue...."
"Terus?"
"Lama-lama anak itu menjauh dari suami gue... Syukurlah. Dan suami gue kembali jadi seperti yang dulu sebelum digoda oleh anak ingusan itu...," jawab temanku itu dengan raut wajah lega. Kami pun tak sadar, turut menghela nafas lega.

Nah, sedikit pesan bagi para perempuan muda lajang pencinta lelaki beranak istri ; Pikirkanlah sekali lagi jika anda berniat mengambilalih suami perempuan lain yang sudah memiliki anak. Bagaimana jika anda beruntung bertemu dengan istri yang pemurah seperti temanku itu. Tak hanya merelakan suaminya untuk menikahimu, tapi juga menyerahkan pengasuhan, perawatan, pendidikan anak-anaknya kepadamu? Bersediakah? Jangan hanya mau menerima bapaknya, tapi terima juga anak-anaknya untuk anda asuh. Apapun kondisi anak-anaknya ; yang baik, yang penurut, ataupun yang kurang ajar, bengal, berandal, dan bandel.  Paket komplit bapak berikut anak-anaknya harus anda terima jika anda memang benar-benar tulus mencintai suami perempuan lain.  Hmm......


Pondok Gede - 26082013