Minggu, 14 Oktober 2012

Kuceritakan Tentang Hujan




Kau. Kemarilah, mendekat padaku, duduk disisiku. Akan kuceritakan padamu tentang hujan yang turun diluar jendela. Lihatlah, titik-titik air itu berlomba terjun ke bumi. Beramai-ramai mereka terjun bersamaan, hingga derainya menyerupai ribuan jarum halus yang dituang dari langit.

Lalu beratus juta jarum halus itu menyentuh tanah sejenak, kemudian menghilang resap ke bumi. Sebagian sempat mengecup helai daun, kelopak bunga dan ujung rerumputan ..... Melepaskan rindu yang bertumpuk-tumpuk menanti pertemuan yang telah sekian purnama terkekang oleh kemarau panjang. Berpuaslah hujan dan tetumbuhan mengurai rindu, hingga akhirnya ia menyelinap juga disela butiran pasir dan kerikil. Ia diam seribu bahasa disana, melembabkan tanah, menyediakan diri untuk dituai lagi oleh manusia pada suatu waktu.

Tapi tidakkah kau tahu. Ribuan jarum hujan lainnya, singgah ditempat yang tidak ia suka? Merekalah yang tiba di pelataran keras, padat, rapat tak menyisakan sedikitpun tanah. Titik-titik air pun tak tahu hendak kemana. Hingga  mereka diam berkubang setinggi satu depa, dua, tiga depa.... Dan menyungkup apapun yang ada disekitar, membasahi manusia serta segala milik manusia yang seharusnya tak tersentuh oleh air nestapa.

Kau. Diamlah disampingku, jangan dulu beranjak pergi. Karena aku belum bosan berkata tentang hujan dan rasaku dikala itu.
Kau tahu, aku suka hujan. Tapi bukan gerimis, bukan pula yang keras bergelora. Hujan yang bersuara syahdu, itu yang kunanti selalu. Bukan gerimis bisu atau hujan angin yang menderu bising, mencekam dan menakutkan. Pada hujan yang syahdu aku mendengar alam bersuara dengan irama yang menenangkan. Seperti irama yang muncul dari lari laju darahku. Pada hujan pun sering kutitipkan rasa yang berkelana tak sempurna. Dan kuyakin kau tahu apa....


Pondok Gede - 14102012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar