Jumat, 13 April 2012

Melupakanmu





Siapakah engkau
Apakah nyata
Atau hanya bayangan yang singgah sejenak dalam perjalanan menuju terang? 
Dalam senyap engkau lewat meninggalkan sederet desir dan alir
Mengiris, menyentak, melelehkan airmata
Sebab rasa itu tertunda dan tak boleh ada.

Maka aku akan melupakanmu.... 
Seperti menghapus warna-warna yang telah terlukis dalam episode hidupku
Tapi kau tahu
Lebih mudah menorehkan merah hijau kuning biru diatas lembar putih tak bernoda Daripada memulangkannya menjadi tak berwarna seperti awal mula.


Kau pun pasti tahu
Mengabaikanmu
Adalah tanpa hati menebas pucuk-pucuk alamanda kuning yang tengah marak berbunga 
Tercampak ia diatas tanah keras, berdebu, tak berwarna
Kutahu, kuntum kuning itu akan tumbuh seirama bergulirnya hari
Marak lagi kuningnya dipucuk dahan
Tapi harus tanpa hati kutebas lagi dan lagi

Aku akan melupakanmu
Aku akan mengabaikanmu


Pondok Gede - 13042012

Kamis, 12 April 2012

"Antara Ibuku dan Ibuku" , Sebuah Kisah Poligami




" Sepanjang hidupku, aku melihat kenyataan bahwa banyak laki-laki memiliki istri lebih dari satu. Bahkan aku mulai beranggapan bahwa poligami memang telah menjadi adat budaya Minangkabau. Dua wanita yang berada disamping Ayah adalah perempuan-perempuan yang sepertinya harus tunduk pada system poligami yang berkembang sebagai budaya yang lumrah.. Kurasa mereka bahkan telah menjadikannya sebagai takdir hidup mereka sebagai perempuan.

Namun menurutku, keadilan dan keharmonisan yang ada dalam keluarga kami tercipta bukan karena ayah yang benar-benar berlaku adil tetapi keadilan itu ada karena keikhlasan kedua perempuan yang menjadi istri ayah . Ayah hanya menikmati kepoligamiannya tanpa beban apa-apa, bahkan ketika akhirnya Ayah menikah lagi untuk yang ketiga kalinya . Aku merasa bahwa itu terjadi juga karena peran besar ketiga wanita si sisi Ayah. Wanitalah kuncinya.

(novel “Antara Ibuku & Ibuku” – Desni Intan Suri)  *)


Novel ini membuat aku salah prediksi. Ketika membaca sinopsisnya, aku mengira akan menemukan kisah manisnya realita poligami, jauh dari apa yang dipersepsikan orang kebanyakan. Bagaimana dua orang perempuan menggapai ikhlas dalam menjalani kehidupannya bersama seorang suami yang sama. Dan semuanya akan berujung happy end, they live happily ever after.

Awalnya memang demikian. Hingga paruh pertama novel, terkisahkan bahwa poligami bukanlah masalah. Terbukti dalam cerita itu bahwa keluarga yang terdiri dari seorang suami, dua istri dan (!) lebih dari sepuluh anak, toh bisa berbaur dan  berkumpul dengan akur.

Tapi pada paruh kedua novel, penulisnya dengan cepat membalikkan keadaan aman damai sentosa itu. Ketika satu persatu anak-anak dari keluarga itu menikah dan ketika si Ayah menikah lagi untuk ketiga kalinya, mulailah konflik menyeruak. Saat itu pula mulai muncul sikap saling curiga, kecewa dan menyalahkan, baik antara dua ibu dan antara anak-anaknya.

Konflik bergulir terus, hingga sampai pada suatu gambaran bahwa poligami itu tak semudah apa yang dikatakan dan dijanjikan. Kalaupun kedua istri telah saling ikhlas, apakah begitu juga sikap anak-anak yang lahir dari ayah yang sama tapi ibu yang berbeda? Novel ini menggambarkan dengan jelas konflik dan ketidakrelaan anak-anak. Terutama dalam pandangan tokoh utamanya, salah seorang anak perempuan dari Istri kedua.

Pada akhirnya penulis novel menceritakan, bahwa poligami tetaplah membawa dampak bagi anak-anak. Yang jelas adalah masalah kontrol orangtua terhadap pendidikan dan pola asuh yang tidak akan sama dengan monogami. Dampak yang tidak jelas timbul dalam bentuk psikis. Untuk anak perempuan sulit untuk mengakui bahwa tidak semua lelaki mempunyai tujuan berpoligami dalam perkawinannya (halaman 276-277).

Adalah menjadi lebih menarik, karena novel ini ditulis oleh seorang perempuan Minang, yang dalam tulisannya mengakui bahwa dalam budaya Minangkabau, poligami telah menjadi adat budaya. Karena itulah  Desni Intan Suri mampu dengan detil menggambarkan kehidupan seorang anak perempuan (tokoh utama, bernama Tata) yang dibesarkan dalam lingkungan budaya Minang ditengah keluarga yang ayahnya menjalankan poligami.

Tapi, kupikir, dampak terhadap kondisi psikis anak-anak tidak hanya dialami oleh mereka yang berada dalam lingkup budaya tertentu. Aku ingat, dalam satu kesempatan wawancara pada program Kick Andy. Saat itu Sultan HB-X menerima pertanyaan nakal dari Andy Noya, apakah beliau akan menjalankan praktek poligami mengingat kelima keturunannya adalah perempuan? Sultan HB-X menjawab, "tidak". Karena beliau mengalami bagaimana rasanya dibesarkan dalam keluarga yang ayahnya menjalani poligami.

Lepas dari kemungkinan subyektivitas penulis dalam memandang poligami, novel ini bisa memberikan sisi pandang lain tentang pilihan hidup yang kadang-kadang tidak umum dan sulit dimengerti oleh orang kebanyakan.


*) Buku ini mendapatkan penghargaan Islamic Book Fair Award 2012 kategori buku Fiksi Dewasa pada event pameran buku Islamic Book Fair 9 - 18 Maret 2012.

Sabtu, 07 April 2012

SOMEWHERE OUT THERE






(Linda Ronstandt & James Ingram)

Somewhere out there 
beneath the pale moonlight
somewhere thinking of me 
and loving me tonight
somewhere out there 
someone saying a prayer
that we'll find one another 
in that big somewhere out there

And even though I know how very far apart we are
it helps to think we might be wishing on that same bright star
and when the night wind start to sing a lonesome lullaby
it helps to think we're sleeping 
underneath the same big sky

Somewhere out there 
if love can see us through
then we'll be together 
somewhere out there
out where dreams come true