Rabu, 28 Desember 2011

Ari Bule - Langkah Kecil Orang Muda

Libur akhir tahun ini, Yogyakarta tetap menjadi tujuan utama kami. Karena dikota tua ini anak-anak masih memiliki Mbah Akung dan Mbah Uti untuk disowani.
Seperti ritual, setiap kali pulang kerumah Mbah-nya anak-anak selalu mensyaratkan acara makan mie (instan) di sebuah warung sederhana di ujung jalan rumah Mbah.

Dan pada suatu pagi menjelang siang, kami jalani juga acara itu. Didepan warung yang menjadi tujuan kami, aku berpikir sepertinya ada yang berubah dengan tampilannya. Jika dulu penampilan fisiknya sederhana, berdinding kayu dan berlantai semen. Sekarang bangunan warung terlihat lebih "chic". Dinding terbuat dari bata tanpa plester, lantai keramik (sepertinya keramik made in Kasongan), di depan warung ada patung singa. Semuanya menampilkan kesan etnik. Memasuki warung, aku makin 'surprised'. Dinding warung dipenuhi dengan poster tim sepakbola mancanegara, juga pernak-pernik tim sepakbola liga Indonesia. Disalahsatu dindingnya terpajang pula foto Sri Sultan Hamengkubuwono X, suatu tanda bahwa warung ini berada diwilayah Yogyakarta. Semua keterkejutanku itu disempurnakan dengan sebentuk teve LCD yang bertengger dengan manis, menyiarkan acara dari channel Indovision. Wow.....

Seperti biasa, anak-anak memesan mie rebus dan goreng dengan telur tanpa sayur. Sementara aku dan ayahnya anak-anak meminta bubur kacang hijau ketan hitam. Sambil menunggu pesanan datang, aku memperhatikan keseluruhan isi warung. Lebih rapi dan bersih dibanding dulu. Oh..ya...ada lagi yang berbeda. Penunggu warung kali ini ternyata dua anak muda (kalau tidak salah ingat, dulu penunggu warung adalah sepasang suami-istri yang agak kurang ramah).

Aku terkesan dengan kedua anak muda ini. Mereka bekerja dengan ringan dan cekatan. Air muka mereka cerah, ramah dan penuh atensi. Bahkan ketika disela-sela pengunjung yang datang silih berganti, datang tiga anak kecil membeli es teh manis seharga seribu rupiah, tetap mereka layani dengan ramah.
Tapi setelah beberapa waktu memperhatikan interaksi antar keduanya, aku bisa menyimpulkan bahwa salah satu dari mereka memiliki posisi yang lebih tinggi. Dalam hal ini adalah si anak muda yang berkulit lebih cerah, dan ternyata bernama Ari tapi lebih sering dipanggil "Bule".

Rasa ingin tahu pun muncul seketika. Melalui obrolan singkat dengan Ari Bule ini, aku tahu bahwa dugaanku benar. Dialah pemilik warung ini. Kuperkirakan lagi, umurnya sekitar dua puluh lima tahun, karena dia mengaku sudah mulai berusaha dibidang ini selama 8 tahun sejak lulus SMA. Adapun warung yang aku kunjungi ini adalah relokasi dari yang sebelumnya terletak diseberang jalan, dan dia tidak tahu kemana perginya warung yang sebelumnya berada dilokasi ini, yang pemiliknya kukatakan agak kurang ramah itu.

Ari Bule, si wirausaha muda itu dengan bersemangat bercerita bagaimana perjalanannya hingga mampu membangun warung semi permanen diatas tanah yang disewanya selama lima tahun dengan harga puluhan juta serta memiliki empat orang pegawai yang bekerja 2 shift (warung itu buka 24 jam). Ia optimis bakal mencapai titik impas dalam waktu 2,5 tahun. Dan seterusnya ia bercita-cita membuka satu warung lagi untuk memberi lapangan kerja bagi teman-teman yang satu kampung dengannya.

Aku terkagum-kagum melihat semangat dan optimisme anak muda ini. Aku membayangkan, jika sepersepuluh dari anak muda negara ini memiliki semangat dan tekad yang sama dengan Ari Bule ini, tentunya jumlah manusia penganggur akan berkurang. Karena mereka mampu menciptakan lapangan kerja, bukan sekedar mencari kerja. Langkah kecil Ari Bule ini, bolehlah disebut sebagai embrio dari entreupreuner tangguh dimasa depan, meskipun kadang mereka luput dari perhatian pemerintah. Semoga langkah-langkah kecil mereka tidak tersandung oleh kebijaksanaan penguasa yang hanya menguntungkan pemodal besar.

(Setelah mengobrol dengan Ari Bule, aku berharap semoga salahsatu dari anakku bisa berbuat seperti dia ; wirausaha, mandiri, ulet, pencipta lapangan kerja, bukan pencari kerja.......)

Pondok Gede - 28122011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar