Minggu, 01 Januari 2012

Perkenankanlah Aku Mencintai-Mu Semampuku

Sebuah puisi karya : A. Musthofa Bisri

Tuhanku,
Aku masih ingat, saat pertama dulu aku belajar mencintai-Mu
Lembar demi lembar kitab kupelajari
Untai demi untai kata para ustadz kuresapi
Tentang cinta para nabi
Tentang kasih para sahabat
Tentang mahabah para sufi
Tentang kerinduan para syuhada
Lalu kutanam di jiwa dalam-dalam
Kutumbuhkan dalam mimpi-mimpi dan idealisme yang mengawang di awan

Tapi Rabbi,
Berbilang detik, menit, jam, hari, pekan, bulan, dan kemudian tahun berlalu
Aku berusaha mencintai-Mu dengan cinta yang paling utama, namun
Aku masih juga tak menemukan cinta tertinggi untuk-Mu
Aku makin merasakan gelisahku membadai
Dalam cita yang mengawang
Sedang kakiku mengambang, tiada menjejak bumi
Hingga aku terhempas dalam jurang dan kegelapan

Wahai Ilahi,
Kemudian berbilang detik, menit, jam, hari, pekan, bulan dan tahun berlalu
Aku mencoba merangkak, menggapai permukaan bumi dan menegakkan jiwaku kembali
Menatap, memohon, dan menghiba-Mu :
Allahu Rahim, Ilahi Rabbi,
Perkenankanlah aku mencintai-Mu
Sebisaku

Ilahi,
Aku tak sanggup mencintai-Mu
Dengan kesabaran menanggung derita
Umpama Nabi Ayyub, Musa, Isa, hingga Al-Musthafa
Karena itu izinkan aku mencintai-Mu
Melalui keluh kesah pengaduanku pada-Mu
Atas derita batin dan jasadku
Atas sakit dan ketakutanku

Rabbi,
Aku tak sanggup mencintai-Mu seperti Abu Bakar,
yang menyedekahkan seluruh hartanya
dan hanya meninggalkan diri-Mu dan Rasul-Mu bagi pribadi dan keluarga.
Atau layaknya Umar yang menyerahkan separo harta demi jihad.
Atau Utsman yang menyerahkan seribu ekor kuda untuk syiarkan din-Mu.
Maka perkenankanlah aku mencintai-Mu semampuku,
Melalui seratus dua ratus perak yang terulur pada tangan-tangan kecil di perempatan jalan,
Pada wanita-wanita tua yang menadahkan tangan di pojok-pojok jembatan.
Pada makanan-makanan sederhana yang terkirim ke handai tolan.

Ilahi,
Aku tak sanggup mencintai-Mu dengan khusyuknya shalat salah seorang sahabat Rasul-Mu,
hingga tak hirau dia pada anak panah yang terhujam di kakinya.
Karena itu Ya Allah, perkenankan aku tertatih menggapai cinta-Mu,
dalam shalat yang coba kudirikan terbata-bata,
meski ingatan kadang melayang ke berbagai permasalahan dunia.

Rabbi,
Aku tak dapat beribadah ala para sufi dan rahib,
yang membaktikan seluruh malamnya untuk bercinta dengan-Mu.
Maka izinkanlah aku untuk mencintaimu dalam satu dua rakaat Lailku.
Dalam satu dua sunnah nafilah-Mu.
Dalam desah napas kepasrahan tidurku.

Yaa, Maha Rahman,
Aku tak sanggup mencintai-Mu bagai para al hafidz dan hafidzah,
Yang menuntaskan kalam-Mu dalam satu putaran malam.
Maka perkenankanlah aku mencintai-Mu semampuku,
melalui selembar dua lembar tilawah harianku.
Lewat lantunan seayat dua ayat hafalanku.

Yaa Rahim
Aku tak sanggup mencintai-Mu semisal Sumayyah,
Yang mempersembahkan jiwanya demi tegaknya din-Mu.
Seandai para syuhada, yang menjual dirinya dalam jihad bagi-Mu.
Maka perkenankanlah aku mencintai-Mu semampuku
dengan mempersembahkan sedikit bakti dan pengorbanan untuk dakwah-Mu.
Maka izinkanlah aku mencintai-Mu semampuku
Dengan sedikit pengajaran bagi tumbuhnya generasi baru.

Allahu Karim,
Aku tak sanggup mencintai-Mu di atas segalanya,
bagai Ibrahim yang rela tinggalkan putra dan zaujahnya,
dan patuh mengorbankan pemuda biji matanya.
Maka izinkanlah aku mencintai-Mu di dalam segala
Perkenankanlah aku mencintai-Mu dengan mencintai keluargaku,
dengan mencintai sahabat-sahabatku,
dengan mencintai manusia dan alam semesta.

Allaahu Rahmaanurrahiim, Ilahi Rabbi
Perkenankanlah aku mencintai-Mu semampuku
Agar cinta itu mengalun dalam jiwaku
Agar cinta ini mengalir di sepanjang nadiku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar