Rabu, 04 Januari 2012

Filosofi Lagu "Gundul Pacul"



".....Gundul gundul pacul cul
Gembelengan
Nyunggi nyunggi wakul kul
Gembelengan
Wakul ngglimpang segane
Dadi sak latar....."

Beberapa hari yang lalu, seorang teman, berinisial RA (yang bukan orang Jawa dan tak mau disebut namanya) membagikan sebuah artikel kepadaku. Artikel tentang makna yang tersirat dibalik sebuah lagu daerah Jawa "Gundul Pacul".
Aku lahir sebagai etnis Jawa. Sejak kecil tentu saja aku mengenal dan bisa menyanyikan lagu 'dolanan' itu tanpa tahu makna dari syairnya. Ternyata meskipun terkesan bahwa lagu itu sepele, dibalik itu ada filosofi kehidupan yang dalam. Ini dia ;

Tembang Jawa "Gundul Pacul" ini konon diciptakan pada tahun 1400-an oleh Sunan Kalijaga dan teman-temannya yang masih remaja dan mempunyai arti filosofis yang dalam dan mulia.

Gundul adalah kepala plontos  tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan, dan kemuliaan seseorang. Sedangkan rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala. Jadi gundul adalah 'kehormatan tanpa mahkota.'

Pacul adalah cangkul. Yaitu peralatan petani yang terbuat dari lempeng besi berbentuk segi empat. Jadi pacul adalah lambang kawula rendah, kebanyakan petani.

Gundul pacul artinya adalah  bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota tetapi dia adalah pembawa pacul untuk mencangkul, mengupayakan kesejahteraan bagi rakyat/orang banyak.

Orang Jawa mengatakan pacul adalah 'papat kang ucul' (empat hal yang lepas).

Kemuliaan seseorang tergantung dari empat hal, yaitu bagaimana ia menggunakan mata, hidung, telinga dan mulutnya.

1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat/masyarakat/orang banyak.

2. Telinga digunakan untuk mendengar nasehat.

3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian (kebaikan).

4. Mulut digunakan untuk berkata adil.

Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatan seseorang.

Gembelengan artinya besar kepala, sombong dan bermain-main dalam menggunakan kehormatannya.

‎​*GUNDUL-GUNDUL PACUL CUL..... Artinya jika seseorang  kepalanya sudah kehilangan 4 indera, maka itu mengakibatkan :

*GEMBELENGAN (= congkak, sombong).

*NYUNGGI-NYUNGGI WAKUL KUL (menjunjung amanah rakyat/orang banyak) dengan GEMBELENGAN (= sombong, congkak), akhirnya

*WAKUL NGGLIMPANG (= amanah jatuh tidak bisa dipertahankan)

*SEGANE DADI SAK LATAR (= berantakan, sia-sia, tidak bermanfaat bagi kesejahteraan orang banyak)

Nah, pertanyaannya, masih adakah pemimpin di Republik Indonesia masa kini yang menganut filosofi "Gundul pacul" ini?



Rabu - 04012012

*) Terima kasih untuk teman RA yang telah membagikan artikel bermanfaat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar