Jumat, 01 April 2016

Tak Ada Yang Abadi

Melihat foto ini jadi tersenyum sendiri. Hehehe... yang namanya Pemilu di negara tercinta ini duluuuuu... cukup diikuti oleh 3 partai. Irit kertas kan? Tidak seperti sekarang yang kertas pemilunya selebar koran dan perlu perjuangan khusus untuk mencoblosnya di bilik pemilu yang sempit tanpa terlihat dan diintip oleh tetangga sebelah... hihi.

Bedanya lagi, kalau pemilu sekarang melibatkan lembaga survei dengan bayaran yang maut, dulu semua itu tidak perlu (lagi-lagi irit toh?). Karena toh pada pemilu waktu itu, sejak awal sudah diketahui siapa yang bakal menang. Alhasil sudah pasti dua peserta pemilu lainnya hanya sekedar pelengkap 'penderita'.

Bicara tentang partai yang selalu menang dimasa lalu, dulu siapa yang berani mengira bahwa era itu suatu waktu akan berakhir?
Jadi ingat, duluuuuu... semasa penataran P4 dan sejenisnya masih marak dan dianggap sesuatu yang sakral, aku pernah mengalami kejadian "menegangkan" ;

Dalam forum diskusi sebuah penataran P4, seorang peserta dengan cueknya melemparkan pertanyaan yang 'menodai' kesakralan forum,
"Pak, kita kan tidak pernah tahu apa yang terjadi dimasa depan kan? Bagaimana pak, kalau ternyata nanti partai *sensor* ini tidak lagi berkuasa. Lalu apa yang akan terjadi, pak?" 

Serentak para peserta menolehkan kepala kearah peserta yang 'lancang' itu. Kami melihat wajah bapak penatar agak kaget dan terdiam sebelum menjawab dengan hati-hati (maklum dimasa itu, dindingpun punya telinga)... heuheu.
 "Kita harus yakin bahwa kita akan tetap begini. Oleh karena itu diperlukan peran dari setiap kita untuk menjaga agar .... bla....bla....bla...." 
Klasik.
Dan ternyata apa yang ditanyakan oleh seorang peserta yang nyleneh itu menjadi kenyataan di tahun 1998. Tak ada yang abadi.

Kenapa aku ingat insiden yang terjadi di tahun 90-an awal itu? Ya iyalah.... karena si peserta yang lancang bertanya itu sekarang adalah ayahnya anak-anakku... 😊

Tidak ada komentar:

Posting Komentar