Pelajaran dari sejarah bangsa ; Jangan menyia-nyiakan bibit unggul dan talenta yang sudah dikaruniakan pada suatu bangsa.
Enam hingga tujuh dekade yang lalu, satu bangsa memiliki banyak bibit unggul. Anak-anak bangsanya tampil ke permukaan menjadi pemikir, politikus, negarawan, sastrawan, dan bentuk-bentuk keunggulan lainnya. Tapi sayang, beberapa dekade kemudian, bibit-bibit unggul tadi tak berlanjut, mata rantainya seperti terputus tak berbekas. Kemana rupanya generasi penerus bibit unggul tadi? Hanya beberapa saja yang mau dan mampu tampil melanjutkan keunggulan mereka. Selebihnya, banyak yang memilih menjalani profesi yang dengan cepat bisa mendatangkan materi ; pengusaha tanggung, artis, selebriti...
Kemana bibit unggul yang mereka miliki dulu? Bahkan sekarang bangsa sebelah yang sebelumnya tak pernah mereka perhitungkan lebih mampu tampil ke permukaan.
Pelajaran lainnya ; Jangan hanya cemburu kepada bangsa lain, dengan dalih bangsa lain punya keuntungan populasi, demografi dan politis.
Untuk bisa tampil menjadi yang terdepan bukan hanya bermodal keuntungan populasi, demografi, media dan politis. Perlu niat, kemauan, usaha dan kerja keras.
Kalau memang tak punya niat, bagaimana keunggulan bisa datang dengan sendirinya? Kalau alasannya karena populasi, mengapa tak memperbanyak jumlah keturunan (untuk sementara lupakan dulu program KB dan sejenisnya). Kalau karena demografi, bukankah bangsa ini terkenal dgn etos merantau? Kalau karena media, mengapa tidak membuat media yang sudah ada menjadi lebih me-nasional untuk memperkenalkan bibit-bibit unggulnya?
Kalau karena alasan politik, mengapa tak berusaha masuk ke area politik untuk mengubah nasib bangsa? Jangan-jangan hilangnya bibit unggul itu karena memang tidak ada niat untuk merawat keunggulan mereka.
29102011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar