Jumat, 09 November 2012

Saat Pembeli Bukan Raja



Pernah dengar slogan  "Pembeli adalah Raja"? Aku yakin, bagi mereka yang berada di lingkungan bisnis, slogan ini wajib dihayati dan dijalankan. Tapi bisa jadi juga ini adalah pandangan lama yang sudah kuno dan basi. Kenapa? Karena dari berbagai laman yang ada dunia maya, aku banyak menemukan tulisan-tulisan yang menolak paradigma lama itu. Para penulis pembaharu itu lalu memperkenalkan paradigma baru yaitu "kesetaraan pembeli dan penjual". Mereka berkeberatan jika pembeli ditempatkan di posisi lebih tinggi daripada penjual.

Baiklah. Aku tidak membicarakan pertentangan paradigma lama dan baru tentang pembeli-penjual. Aku hanya ingin mengisahkan pengalamanku sebagai pembeli (= pengguna jasa) salah satu laundry.

Gerai laundry yang kumaksud ini terletak di jalan utama di lingkungan tempat tinggalku. Dengan lokasi yang mudah dilihat dan dijangkau, tak heran banyak yang menggunakan jasanya. Sebenarnya pun aku baru empat kali menggunakan jasa laundry ini, karena gerai laundry lain yang biasa kugunakan tutup untuk sementara.

Kali pertama, dijanjikan selesai dalam waktu 3 hari. Ketika hari yang ditentukan tiba, mereka bilang "belum selesai" tanpa permintaan maaf. Okelah, saat itu aku maklum, karena memang masih dalam suasana lebaran dan sebagian pekerjanya belum kembali dari mudik.

Kali kedua. Mereka menjanjikan waktu 3 hari (mungkin itu memang standar layanan mereka). Sengaja aku mengambilnya pada hari keempat, dengan pemikiran "siapa tahu mereka tidak bisa memenuhi deadline pada hari ketiga". Benar saja, ketika aku sampai disana, order belum diselesaikan. Alasan mereka, karena order sedang banyak. Walaupun mereka tidak meminta maaf dan sedikit kecewa dengan pelayanan yang diberikan, aku masih memaklumi.

Kali ketiga. Masih dengan pemakluman penuh, aku kembali menggunakan jasa mereka dengan harapan kali ini mereka bisa tepat waktu. Aku datang pada hari keempat, lewat sehari dari yang mereka janjikan. Ternyata sama dengan sebelumnya, orderku belum diselesaikan. Kali ini aku mulai jengkel (untunglah pada kesempatan ini mereka meminta maaf). Tapi herannya, kenapa aku dengan bodohnha masih mau balik lagi kesitu untuk order yang keempat kalinya?

Kali keempat. Dengan pengharapan bahwa mereka akan memperbaiki layanannya, aku kembali memakai jasa mereka dengan janji akan selesai dalam waktu 3 hari. Seperti biasa, aku datang dihari keempat. Ternyata seperti yang kemarin-kemarin, kedatanganku disambut dengan jawaban "belum selesai".

Untuk kali keempat ini, kekecewaanku sudah memuncak sampai ubun-ubun, ditimpali lagi dengan perasaan jengkel karena berulangkali mendapatkan layanan seperti ini. Apalagi mengingat bahwa pakaian akan dipakai esok hari. Dan inilah dialogku dengan salah satu pekerja di outlet laundry itu.

(+) Mbak, padahal ini sudah saya lebihkan sehari lho. Janjinya kan selesai hari Kamis kemarin."

(-) Ini lagi banyak banget ordernya, Bu. Yang janji hari Selasa aja belum selesai. (Tanpa wajah menyesal, apalagi permintaan maaf)

(+) Mbak, kalau memang nggak bisa selesai dalam 3 hari, kenapa diawal nggak disebutkan saja 'selesai dalam 5 hari'. Jadi pelanggan nggak kecewa. Saya sudah tiga kali lho, mengalami seperti ini disini... (Aku mulai mangkel melihat si Mbak itu menjawab seolah hal ini wajar-wajar saja).

(-) Iya, bu. Ini memang ordernya lagi banyak. Tenaga pekerja tambahan baru akan datang besok... Bla...bla...bla... (Jadi aku harus maklum terus nih...?! Pikirku jengkel)

(+) Jadi kapan order saya bisa selesai, mbak? (Aku bertanya sambil menyabarkan diri)

(-) Besok ya, bu.  (Si Mbak menjawab cuek sambil terus mengerjakan pekerjaannya).

(-) Aduuhh... Mbak ini janjinya kenapa meleset terus?  (Aku mulai bete)

(+) Yaa...kalau disini sih, orang sudah biasa, Bu. Mereka sabar aja. Kalau sudah nggak sabar biasanya mereka nggak datang lagi. (Whaaatt...??!!! Beginikah cara mereka berbisnis? Tidak me-maintenance pelanggan??)

(+) Nanti sore bisa nggak? Baju itu mau dipakai besok.... (Darahku mulai mengalir ke kepala)

(-) Nggak bisa, bu. Kita lagi kekurangan tenaga nih... Soalnya...bla...bla...bla.... (Aku berteriak dalam hati : Heiiiii...!!! Aku ini customer, masa harus ikut mikirin kendala-kendala yang kalian hadapi??! .... Arrgghhh.....@?!!!#&*$*+@##)

Mungkinkah si Mbak pekerja laundry itu juga membaca tulisan-tulisan tentang perubahan paradigma dari 'pembeli adalah raja'  menjadi  'kesetaraan pembeli-penjual', hingga ia bisa bersikap seperti itu pada pelanggan? Entahlah. Yang pasti, ini adalah terakhir kali aku menggunakan jasanya. Lain kali aku akan cari gerai laundry yang tepat waktu dan tulus meminta maaf jika tidak bisa menepati janji.


Pondok Gede - 09112012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar