Pernah dengar slogan "Pembeli adalah Raja"? Aku yakin,
bagi mereka yang berada di lingkungan bisnis, slogan ini wajib dihayati dan
dijalankan. Tapi bisa jadi juga ini adalah pandangan lama yang sudah kuno dan
basi. Kenapa? Karena dari berbagai laman yang ada dunia maya, aku banyak
menemukan tulisan-tulisan yang menolak paradigma lama itu. Para penulis
pembaharu itu lalu memperkenalkan paradigma baru yaitu "kesetaraan pembeli
dan penjual". Mereka berkeberatan jika pembeli ditempatkan di posisi lebih
tinggi daripada penjual.
Baiklah. Aku tidak membicarakan
pertentangan paradigma lama dan baru tentang pembeli-penjual. Aku hanya ingin
mengisahkan pengalamanku sebagai pembeli (= pengguna jasa) salah satu laundry.
Gerai laundry yang kumaksud ini terletak di
jalan utama di lingkungan tempat tinggalku. Dengan lokasi yang mudah dilihat
dan dijangkau, tak heran banyak yang menggunakan jasanya. Sebenarnya pun aku
baru empat kali menggunakan jasa laundry ini, karena gerai laundry lain yang biasa
kugunakan tutup untuk sementara.
Kali pertama, dijanjikan selesai dalam
waktu 3 hari. Ketika hari yang ditentukan tiba, mereka bilang "belum
selesai" tanpa permintaan maaf. Okelah, saat itu aku maklum, karena memang
masih dalam suasana lebaran dan sebagian pekerjanya belum kembali dari mudik.
Kali kedua. Mereka menjanjikan waktu 3 hari
(mungkin itu memang standar layanan mereka). Sengaja aku mengambilnya pada hari
keempat, dengan pemikiran "siapa tahu mereka tidak bisa memenuhi deadline
pada hari ketiga". Benar saja, ketika aku sampai disana, order belum
diselesaikan. Alasan mereka, karena order sedang banyak. Walaupun mereka tidak
meminta maaf dan sedikit kecewa dengan pelayanan yang diberikan, aku masih
memaklumi.
Kali ketiga. Masih dengan pemakluman penuh,
aku kembali menggunakan jasa mereka dengan harapan kali ini mereka bisa tepat
waktu. Aku datang pada hari keempat, lewat sehari dari yang mereka janjikan.
Ternyata sama dengan sebelumnya, orderku belum diselesaikan. Kali ini aku mulai
jengkel (untunglah pada kesempatan ini mereka meminta maaf). Tapi herannya,
kenapa aku dengan bodohnha masih mau balik lagi kesitu untuk order yang keempat
kalinya?
Kali keempat. Dengan pengharapan bahwa
mereka akan memperbaiki layanannya, aku kembali memakai jasa mereka dengan
janji akan selesai dalam waktu 3 hari. Seperti biasa, aku datang dihari
keempat. Ternyata seperti yang kemarin-kemarin, kedatanganku disambut dengan
jawaban "belum selesai".
Untuk kali keempat ini, kekecewaanku sudah
memuncak sampai ubun-ubun, ditimpali lagi dengan perasaan jengkel karena
berulangkali mendapatkan layanan seperti ini. Apalagi mengingat bahwa pakaian
akan dipakai esok hari. Dan inilah dialogku dengan salah satu pekerja di outlet
laundry itu.
(+) Mbak, padahal ini sudah saya lebihkan
sehari lho. Janjinya kan selesai hari Kamis kemarin."
(-) Ini lagi banyak banget ordernya, Bu.
Yang janji hari Selasa aja belum selesai. (Tanpa
wajah menyesal, apalagi permintaan maaf)
(+) Mbak, kalau memang nggak bisa selesai
dalam 3 hari, kenapa diawal nggak disebutkan saja 'selesai dalam 5 hari'. Jadi
pelanggan nggak kecewa. Saya sudah tiga kali lho, mengalami seperti ini
disini... (Aku mulai mangkel melihat si
Mbak itu menjawab seolah hal ini wajar-wajar saja).
(-) Iya, bu. Ini memang ordernya lagi
banyak. Tenaga pekerja tambahan baru akan datang besok... Bla...bla...bla... (Jadi aku harus maklum terus nih...?!
Pikirku jengkel)
(+) Jadi kapan order saya bisa selesai,
mbak? (Aku bertanya sambil menyabarkan
diri)
(-) Besok ya, bu. (Si
Mbak menjawab cuek sambil terus mengerjakan pekerjaannya).
(-) Aduuhh... Mbak ini janjinya kenapa
meleset terus? (Aku mulai bete)
(+) Yaa...kalau disini sih, orang sudah
biasa, Bu. Mereka sabar aja. Kalau sudah nggak sabar biasanya mereka nggak
datang lagi. (Whaaatt...??!!! Beginikah
cara mereka berbisnis? Tidak me-maintenance pelanggan??)
(+) Nanti sore bisa nggak? Baju itu mau
dipakai besok.... (Darahku mulai mengalir
ke kepala)
(-) Nggak bisa, bu. Kita lagi kekurangan
tenaga nih... Soalnya...bla...bla...bla.... (Aku
berteriak dalam hati : Heiiiii...!!! Aku ini customer, masa harus ikut mikirin
kendala-kendala yang kalian hadapi??! .... Arrgghhh.....@?!!!#&*$*+@##)
Mungkinkah si Mbak pekerja laundry itu juga
membaca tulisan-tulisan tentang perubahan paradigma dari 'pembeli adalah
raja' menjadi 'kesetaraan pembeli-penjual', hingga ia bisa
bersikap seperti itu pada pelanggan? Entahlah. Yang pasti, ini adalah terakhir
kali aku menggunakan jasanya. Lain kali aku akan cari gerai laundry yang tepat
waktu dan tulus meminta maaf jika tidak bisa menepati janji.
Pondok Gede - 09112012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar