Burung camar itu,
cantik dengan putih bulunya,
anggun dengan bentang sayapnya.
Ia lincah melayang lalu menyambar ikan.
Camar itu sahabat lautan.
Karenanya ia tak bosan menyambangi samudera,
kala pagi datang dan senja menjelang.
Ia setia selalu,
meski suaranya tak bisa dibilang merdu
Tapi apakah dia pernah tahu,
bahwa laut selalu merindukan kepak sayapnya.
Tahukah camar itu,
setiap saat laut membaca kenangan,
ketika camar terbang merendah
ujung sayap dan paruh hampir menyentuh riaknya?
Laut biru masih bergolak,
sesekali membuang ombak.
Bahkan ketika angin tenang
dan purnama tak datang mengundang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar