Kepalaku sesekali menoleh ke belakang,
berusaha mencarimu. Diantara ribuan manusia yang padat saling berhimpit seperti
ini, mustinya kau akan lebih mudah terlihat karena posturmu yang bertinggi
diatas rata-rata...Tapi mengapa tak kutemukan sosokmu? Sekian menit yang lalu
aku masih melihatmu diarah kiri barisanku...
Di akhir prosesi pertama ini, kehilanganku
kunyatakan kepada seorang yang kupikir bisa menjawab. "Mungkin memisahkan
diri mengikuti rombongan lain. Nanti kita akan bertemu lagi diawal prosesi
kedua," jawabnya. Dan aku sedikit terhibur, ada harapan aku akan bertemu
dan bersamamu lagi.
Tapi... Ah, di ujung awal jalan aku tak
juga melihatmu. Dimanakah engkau gerangan? Apa yang terjadi padamu? Ada banyak
orang disekitarku, tapi aku merasa sendiri... Sendiri! Di alam yang jauh dari
kebiasaanku selama ini. Lalu apa jadinya jika kau mengalami sesuatu yang tak
seharusnya?
"Nanti ada saatnya kita akan
benar-benar sendiri. Tak kenal orangtua, suami atau istri, anak-anak...."
Suatu waktu dulu, kau pernah berkata begitu. Aku membenarkanmu kala itu.
Bukankah begitu yang dijanjikanNYA? Tapi sekarang, saat ini, aku membenci,
mengapa dulu kau berucap seperti itu. Sekarang aku ingin bersamamu menempuh jarak di tanah penuh
rahmah. Bukankah perjalanan ini adalah impian kita berdua?
Prosesi selanjutnya kuikuti dengan hati
berkecamuk. Bibirku membunyikan kata dan kalimat indah mulia... Tapi hatiku
bertanya bertalu-talu : "Dimanakah engkau?"
Aku mengerti, tak selayaknya aku begitu
saat berada di tanah yang paling dimuliakan ini... Dan kau pun pasti tak setuju
dengan lakuku. Tapi, aku bermohon ampun kepada Pemilik Alam... Karena rasa
kehilangan ini tak bisa kuhempaskan dengan mudah...
Sepanjang langkah prosesi kedua, masih
kugenggam asa... Semoga aku bisa melihat dirimu. Mungkin, walaupun di jalan
yang berbeda... Sekali langkah perjalanan, dua, tiga kali, hingga tujuh...
Tetap tak kulihat kau. Atau mataku yang tak awas memindai sosokmu? Aku lupa
masih ada dua selasar lainnya ; di bawah dan di atas selasar yang kulalui.
Kembali hati bertalu, "Dimanakah dirimu?" Dan kurasakan lagi, betapa
ciut diriku tanpamu. Sendiri di tengah ramai. Sungguh, aku bukan seorang
berhati perkasa...
Maka untuk kali yang kedua, aku tak ingin
jauh darimu. Aku enggan merasakan seorang diri lagi ditengah ramai. Kupegang
erat ujung kain putihmu sepanjang perjalanan. Kemana pun. Aku berada lekat di
belakangmu. Bersamalah kita, seperti anganku yang semula...
Pondok Gede - 22022014
#Untuk separuhku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar