Senin, 24 Februari 2014

Saat Terpisah



Kepalaku sesekali menoleh ke belakang, berusaha mencarimu. Diantara ribuan manusia yang padat saling berhimpit seperti ini, mustinya kau akan lebih mudah terlihat karena posturmu yang bertinggi diatas rata-rata...Tapi mengapa tak kutemukan sosokmu? Sekian menit yang lalu aku masih melihatmu diarah kiri barisanku...

Di akhir prosesi pertama ini, kehilanganku kunyatakan kepada seorang yang kupikir bisa menjawab. "Mungkin memisahkan diri mengikuti rombongan lain. Nanti kita akan bertemu lagi diawal prosesi kedua," jawabnya. Dan aku sedikit terhibur, ada harapan aku akan bertemu dan bersamamu lagi.

Tapi... Ah, di ujung awal jalan aku tak juga melihatmu. Dimanakah engkau gerangan? Apa yang terjadi padamu? Ada banyak orang disekitarku, tapi aku merasa sendiri... Sendiri! Di alam yang jauh dari kebiasaanku selama ini. Lalu apa jadinya jika kau mengalami sesuatu yang tak seharusnya?

"Nanti ada saatnya kita akan benar-benar sendiri. Tak kenal orangtua, suami atau istri, anak-anak...." Suatu waktu dulu, kau pernah berkata begitu. Aku membenarkanmu kala itu. Bukankah begitu yang dijanjikanNYA? Tapi sekarang, saat ini, aku membenci, mengapa dulu kau berucap seperti itu. Sekarang aku ingin bersamamu menempuh jarak di tanah penuh rahmah. Bukankah perjalanan ini adalah impian kita berdua?

Prosesi selanjutnya kuikuti dengan hati berkecamuk. Bibirku membunyikan kata dan kalimat indah mulia... Tapi hatiku bertanya bertalu-talu : "Dimanakah engkau?"
Aku mengerti, tak selayaknya aku begitu saat berada di tanah yang paling dimuliakan ini... Dan kau pun pasti tak setuju dengan lakuku. Tapi, aku bermohon ampun kepada Pemilik Alam... Karena rasa kehilangan ini tak bisa kuhempaskan dengan mudah...

Sepanjang langkah prosesi kedua, masih kugenggam asa... Semoga aku bisa melihat dirimu. Mungkin, walaupun di jalan yang berbeda... Sekali langkah perjalanan, dua, tiga kali, hingga tujuh... Tetap tak kulihat kau. Atau mataku yang tak awas memindai sosokmu? Aku lupa masih ada dua selasar lainnya ; di bawah dan di atas selasar yang kulalui. Kembali hati bertalu, "Dimanakah dirimu?" Dan kurasakan lagi, betapa ciut diriku tanpamu. Sendiri di tengah ramai. Sungguh, aku bukan seorang berhati perkasa...         

Maka untuk kali yang kedua, aku tak ingin jauh darimu. Aku enggan merasakan seorang diri lagi ditengah ramai. Kupegang erat ujung kain putihmu sepanjang perjalanan. Kemana pun. Aku berada lekat di belakangmu. Bersamalah kita, seperti anganku yang semula...

Pondok Gede - 22022014

#Untuk separuhku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar