Rabu, 16 Oktober 2013

"A shoulder to Cry On"





Dia pernah merasa bahwa semua baik-baik saja. Bahwa segala yang ada sama dengan yang diharapkannya. Dan ia berpikir ; Betapa Sang Maha Cinta telah begitu bermurah padanya. Maka sedikit jumawa tumbuh pada hatinya. "Hei, tidakkah kalian lihat... Sang Maha Cinta telah anugrahkan yang terbaik  bagiku. Aku bahagia. Tiada tara..."

Tapi tahukah ia. Bahkan sungai tak selalu mengalirkan air yang tenang, laut tak selalu diam menghanyutkan, angin tak selalu semilir menenangkan. Begitulah. Suatu waktu ia menyadari tidak semua yang ada baik-baik saja. Kali ini adalah saatnya ; Sungai menghantar airbah, gelombang laut geram menghantam, angin berpusar menggulung debu...

Maka airmata kini setia menyapanya. "Mengapa segenap percayaku tiba-tiba cabik disisi-sisinya,"  keluhnya. "Manalah pernah kusangka, kisah itu tertera juga dalam lembar hidupku?"  Sesak hari karena luka hati. Ia mengeluh dan lusuh.

Badai itu mendatanginya jua. Saat ia merasa segalanya telah sempurna. Lalu kemana harus dilarikankannya sedih, airmata, dan duka? Orang alim berkata, mengadulah kepadaNYA... Ya, ia memang menyertai doa-doanya dengan derai tangis pengaduan kepada Yang Maha Pencipta. Tapi, tetap ia pinta sedikit kata dan suara  yang mampu menguatkannya... Tempat terbuang sedikit laranya, seperti air sungai yang menghendaki muara tempat bersua dengan samudra ; Seseorang yang berhati untuk memberi simpati, bertelinga untuk dengarkan kisah duka, bersuara untuk berikan kata penegak jiwa.

Ia menemukan pencariannya, dan dengarlah ia berucap : 

"Tersengal tangis, terbata-bata aku tumpahkan semua duka, luka dan sesalku. Pun engganku menyongsong lagi esok hari. Ucapku tak jelas disela isak... Bersyukur aku, karena kau mendengarkan aku. Meskipun untuk itu aku harus mencuri waktumu, kau harus menyisih sejenak dari ruang yang meminta hadirmu... Lebih banyak hening ada padamu, karena kau berikan sepenuhnya pendengaranmu untuk tuturku yang tak teratur."

"Tak semua katamu sesuai untukku. Tapi untuk kau tahu, hadirmu saat mendengarkan aku dengan segala lara,kecewa dan putus asaku, adalah yang terindah kala itu. Sedikit saja kata-katamu, tapi membuatku merasa tak sendiri menanggung duka. Aku bersyukur atas adamu, walau dirimu hanya berwujud suara, kata dan sejuta telinga bagi pelabuhan resah rasa."

Dan hari ini, ia mampu tegak jalani hari karena yakin tak sendiri...

"... cause everyone needs a shoulder to cry on, everyone needs a friend to rely on... "
(Tommy Page)


Pondok Gede - 16102013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar