Dia pernah merasa bahwa semua baik-baik
saja. Bahwa segala yang ada sama dengan yang diharapkannya. Dan ia berpikir ;
Betapa Sang Maha Cinta telah begitu bermurah padanya. Maka sedikit jumawa
tumbuh pada hatinya. "Hei, tidakkah
kalian lihat... Sang Maha Cinta telah anugrahkan yang terbaik bagiku. Aku bahagia. Tiada tara..."
Tapi tahukah ia. Bahkan sungai tak selalu
mengalirkan air yang tenang, laut tak selalu diam menghanyutkan, angin tak
selalu semilir menenangkan. Begitulah. Suatu waktu ia menyadari tidak semua
yang ada baik-baik saja. Kali ini adalah saatnya ; Sungai menghantar airbah,
gelombang laut geram menghantam, angin berpusar menggulung debu...
Maka airmata kini setia menyapanya. "Mengapa segenap percayaku tiba-tiba
cabik disisi-sisinya,"
keluhnya. "Manalah pernah
kusangka, kisah itu tertera juga dalam lembar hidupku?" Sesak hari karena luka hati. Ia mengeluh dan
lusuh.
Badai itu mendatanginya jua. Saat ia merasa
segalanya telah sempurna. Lalu kemana harus dilarikankannya sedih, airmata, dan
duka? Orang alim berkata, mengadulah kepadaNYA... Ya, ia memang menyertai
doa-doanya dengan derai tangis pengaduan kepada Yang Maha Pencipta. Tapi, tetap
ia pinta sedikit kata dan suara yang
mampu menguatkannya... Tempat terbuang sedikit laranya, seperti air sungai yang
menghendaki muara tempat bersua dengan samudra ; Seseorang yang berhati untuk
memberi simpati, bertelinga untuk dengarkan kisah duka, bersuara untuk berikan
kata penegak jiwa.
Ia menemukan pencariannya, dan dengarlah ia
berucap :
"Tersengal
tangis, terbata-bata aku tumpahkan semua duka, luka dan sesalku. Pun engganku
menyongsong lagi esok hari. Ucapku tak jelas disela isak... Bersyukur aku,
karena kau mendengarkan aku. Meskipun untuk itu aku harus mencuri waktumu, kau
harus menyisih sejenak dari ruang yang meminta hadirmu... Lebih banyak hening
ada padamu, karena kau berikan sepenuhnya pendengaranmu untuk tuturku yang tak
teratur."
"Tak
semua katamu sesuai untukku. Tapi untuk kau tahu, hadirmu saat mendengarkan aku dengan segala lara,kecewa dan putus asaku, adalah
yang terindah kala itu. Sedikit saja kata-katamu, tapi membuatku merasa tak
sendiri menanggung duka. Aku bersyukur atas adamu, walau dirimu hanya berwujud
suara, kata dan sejuta telinga bagi pelabuhan resah rasa."
Dan hari ini, ia mampu tegak jalani hari
karena yakin tak sendiri...
"...
cause everyone needs a shoulder to cry on, everyone needs a friend to rely
on... "
(Tommy
Page)
Pondok Gede - 16102013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar