Seiring dengan makin bertambahnya usia,
tanpa disadari, mau tidak mau, pendengaran dan perasaan jadi ikut menua juga
ternyata. Kuping dulu oke-oke saja menerima segala macam lagu dengan segala
jenis lyrik lagunya. Tapi entah kenapa, sekarang mulai terasa agak gatal oleh
kata-kata dalam lagu yang menurutku 'ajaib'.
Coba simak penggalan lyrik-lyrik lagu ini :
"......ooo,
kamu ketahuan, pacaran lagi dengan dirinya......."
"......jadikan
aku yang kedua, buatlah diriku bahagia......."
"......lelaki
buaya darat, busyet aku tertipu lagi....."
"......kamu
dimana, dengan siapa, semalam berbuat apa......"
Itu beberapa yang sempat terdengar dan
terekam di benakku. Dan kalau ditelusuri satu persatu, mungkin masih banyak
lagi lyrik lagu yang sama atau bahkan lebih ajaib.
Sempat terpikir olehku, apakah aku yang
terlalu 'oldies', ataukah lyrik lagu yang
'terang benderang' ini memang trend jaman sekarang? Beberapa dekade yang
lalu, seingatku, lyrik lagu tidak terlalu 'ngablak' seperti sekarang.
Sepengamatanku, dimasa kini jarang kutemui
lyrik lagu yang masih 'terbungkus' dengan halus bak puisi berkata-kata indah
yang mengundang misteri dan penafsiran yang berbeda oleh setiap orang.
Seingatku, di era tahun 2000-an ini, hanya satu dua pemusik yang masih
mengikuti genre lyrik puitis.
Satu diantaranya adalah "Letto".
Ingat kan, dengan hit-nya yang menjadi sound track sinetron? "..... Di daun yang ikut mengalir
lembut, terbawa sungai ke ujung mata. Dan aku mulai takut terbawa cinta,
menghirup rindu yang sesakkan dada......" Sungguh lyrik yang puitis..... Atau dari
lagunya berjudul "Sandaran Hati" yang multi tafsir ; "......teringat kuteringat, pada janjimu kuterikat, hanya sekejab kuberdiri
kulakukan sepenuh hati. Peduli kupeduli, siang dan malam yang berganti, sedihku ini tak ada arti jika kaulah sandaran hati......"
Sayangnya sekarang grup itu menghilang
entah kemana.
Baiklah. Katakanlah ini masalah selera.
Tapi di era 70-an sampai awal 90-an masih banyak musisi yang
membawakan lagu berlyrik halus dan terbungkus. Diantaranya ; Bimbo, kelompok Pegangsaan (Chrisye,
Eros Jarot, Jockie S.), Guruh SP dengan bahasa tingkat tingginya, Ebiet G.Ade,
Katon bagaskara......
Apa yang terjadi dengan para penulis lagu
dimasa kini? Apakah karena tuntutan jaman serba instan yang menyebabkan mereka
tak memiliki cukup waktu untuk mengasah dan mengolah kata serta kalimat menjadi
lyrik bak puisi? Jaman sekarang yang menuntut semuanya serba cepat, lugas dan
transparan, terang benderang?
Padahal rasanya lebih asyik mendengarkan
lagu dengan lyrik 'halus' yang membawa kita
untuk mendengarkan lagunya, meresapi lyriknya, sambil menafsirkan apa
sebenarnya yang disampaikan oleh penyanyi dan pencipta lagu itu. Ada kesan
misterius dan membuat penasaran jadinya........
"....Terlalu
sadis caramu, menyingkirkan diriku, dari percintaan ini, agar dia kembali
padamu, tanpa peduli sakitnya aku...... "
Terdengar lagu dari teve yang menyiarkan
acara musik. Hmmm..... Benar-benar
transparan, lugas, terang benderang.....
Tapi coba simak lyrik lagu yang dinyanyikan
oleh Chrisye (alm.) ini ;
"Angin
malam, semerbak wangi bunga, dalam hening khayalan asmara. Hatiku rawan,
menanti kehadiran dewi malam pancaran bahagia. Kuingin selamanya mendambakan
khayalku tuk kau juwita. Dalam hening dalam lamunan, menanti datangmu dewi
malam......"
Atau lyrik lagu Bimbo yang ini ;
"Layar perahu kubentangkan, ke samudra cinta. Gelombang badai menerpaku. Akan tulus cintaku. Pelabuhan hati, aku rindu. Kini kutautkan hatiku, dipintu hatimu."
Atau lyrik lagu Bimbo yang ini ;
"Layar perahu kubentangkan, ke samudra cinta. Gelombang badai menerpaku. Akan tulus cintaku. Pelabuhan hati, aku rindu. Kini kutautkan hatiku, dipintu hatimu."
Terasa bedanya ya.....
PS.
Mohon maaf, sekali lagi ini bukan bermaksud men-judge, karena ini bisa jadi hanya
masalah selera dan preferensi pribadi.
Pondok Gede - 04052012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar