Bahwa negara kita, NKRI ini adalah sebuah
kekuatan besar jika dilihat dari jumlah penduduknya, adalah benar. Seperti yang
dikatakan oleh Bung Karno dahulu ; new emerging forces. Tapi benarkah?
Dari yang kerap kubaca di berbagai ulasan,
sepertinya jumlah penduduk yang besar ini sampai sekarang belum menunjukkan
keunggulan dan daya gunanya di bidang produksi. Kelas menengah yang terus
bertumbuh dan diharapkan menjadi pemicu pergerakan ekonomi produktif malah
melenceng bergerak masif menuju ekonomi berbasis konsumsi. Segala macam
konsumsi, termasuk konsumsi hiburan audio visual yang berdasar pada industri
kreatif.
Tidak mengherankan jika para pelaku ekonomi
luar negeri tak segan melayangkan aneka macam pujian bagi NKRI. Lha, iya...mereka
begitu bermurah hati memuji, karena melalui kata-kata yang manis mereka
kemudian akan memaksa kita dengan halus, agar bersedia membuka pintu lebar-lebar menerima
segala bentuk produk mereka. Yup! Dua ratus lima puluh juta penduduk NKRI
adalah pasar konsumsi yang sangat seksi bagi mereka...
Salah satu kasus sederhana adalah dibidang
hiburan. Setelah beberapa tahun yang lalu hallyu (=Korean Wave) sukses
menerjang mata- kuping-perasaan penduduk NKRI yang haus hiburan dengan serial
drama yang mendayu-dayu dan K-Pop dengan cewek imut dan cowok 'cantik'nya...
Namun belum sempat kita tersadar, belakangan
malah datang lagi serbuan dari negeri India di Asia Barat ; Indian Rush, dengan kisah-kisah epic
klasik berikut wajah-wajah pemeran yang cantik rupawan dan ganteng berotot yang
berseliweran di layar kaca.
Korea Selatan adalah contoh terbaik, dimana
industri kreatif (sinema dan musik) menjadi pendorong invasi budaya mereka ke
negara lain, yang pada akhirnya memberi dampak positif bagi aktivitas ekonomi.
Berbondong-bondong para penikmat Korean Wave mendatangi Seoul, pulau Nami, Jeju
sebagai wisatawan yang ingin "mencari jejak" para bintang idolanya.
Belum lagi keuntungan intangitable dengan menguatnya nama negeri mereka dan
memudahkan brand produknya mempengaruhi keputusan konsumsi negeri yang
di-invasi melalui jalur hiburan. Samsung dan LG adalah dua merek yang mungkin
menikmati efek hallyu ini.
Bukan tidak mungkin, beberapa waktu lagi,
Indian Rush akan berlanjut dengan invasi produk bermerek TVS, Tata atau Bajaj
yang menyasar para penggemar cerita epic klasik India. Dan mungkin diikuti pula
dengan pemakaian kain saree dan bindi bagi para perempuan. Atau tak lama lagi jumlah wisatawan ke India akan
mengalami kenaikan dengan kedatangan fans dari Indonesia? Jika itu terjadi, tidaklah mengherankan karena serial epic klasik
asal India telah berhasil menuai rating tertinggi di jagad pertelevisian negeri
kita.
Kemudian yang menjadi pertanyaan, apakah
NKRI sebagai bangsa yang besar dan aneka ragam budaya cukup berpuas diri
menjadi ajang pemasaran mereka? Adalah sebuah harapan yang tumbuh ketika
seorang calon pemimpin mulai menyinggung dan berniat memberi tempat pada
keberadaan industri kreatif yang selama ini tidak pernah disentuh oleh
pemerintah.
Selama ini mereka ada, tetapi mereka
berjuang sendiri secara indie... Padahal, berapa banyak anak muda di Jakarta,
Bandung, Yogya, Bali dan lainnya yang kreatif dan karyanya sudah mendunia? Banyak. Tahukah anda bahwa salah satu ilustrator komik superhero
terbitan Amerika adalah seorang seniman Indonesia yang tinggal di Jawa Timur?
Bukankah kita tahu juga bahwa selama ini lagu-lagu karya musisi Indonesia
selalu menguasai tangga lagu di negeri jiran? Tahukah anda bahwa beberapa
disainer pakaian muslim asal Indonesia sudah mulai diperhitungkan di Timur
Tengah? Juga seorang perempuan di Yogya yang mendisain tas berbahan alam, dan
ternyata karyanya berhasil menembus Amerika? Lalu, apakah anda tahu bahwa Lola
Amaria menenteng sendiri karya-karya filmnya untuk dijual dan tayang di luar
negeri? Atau, Andrea Hirata bergerak sendiri menerbitkan tetralogi Laskar
Pelangi-nya di mancanegara?
Tapi, ya begitulah... Mereka, para pekerja
kreatif itu bergerak sendiri-sendiri seperti pejuang underground. Seandainya,
seandainya pemerintah benar-benar sadar betapa industri kreatif punya potensi
untuk menggerakkan ekonomi dan kebanggaan bangsa. Dan mereka adalah bibit-bibit
yang potensial untuk dikembangtumbuhkan... Mungkin kita bisa bermimpi dan
berharap mimpi itu bisa terjadi, menjadi "Indonesian Wave" atau
"Nusantara Storm" atau apalah... Tapiii, kapan yaaa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar