Diawali dengan tayangan stripping 30 menit
dari salahsatu teve swasta nasional. Entah kenapa 'mantan pacar' tiba-tiba
tertarik pada cerita Mahabharata yang dikemas dalam setting kolosal, dengan
pemeran yang rata-rata berwajah rupawan.
Kesukaannya pada akar cerita pewayangan
Jawa itu langsung ditularkan pada anak-anak dan padaku. Padahal sedikit banyak,
aku sudah 'menguasai' jalan cerita Mahabharata ini, karena dimasa kecil aku
gemar membaca komik wayang karya RA Kosasih yang legendaris itu.
Bagiku sendiri, visualisasi cerita
Mahabharata itu cukup memenuhi fantasi dimasa kecil dulu. Dimana sekarang aku
bisa melihat perwujudan Arjuna yang ksatria jago perang dan digilai banyak
putri-putri raja. Dan setelah menonton berpuluh episode, aku
baru menyadari, benar bahwa film Bollywood itu identik dengan airmata. Tak
heran jika kemudian timbul istilah "nangis bombay" ... hehe....
Lihat saja, betapa banyaknya adegan-adegan
close up yang menampakkan mata berkaca-kaca, air mata yang meleleh dari sudut
mata ke pipi. Dan tanpa sungkan-sungkan, airmata di film ini bukan hanya
menjadi milik para putri yang berhias layaknya toko emas berjalan. Tapi juga
muncul di sudut mata dan pipi para ksatria ahli tempur yang macho, gagah,
brewokan, berlengan kokoh dan kadang berperut six pack...
Tokoh Resi Bhisma menangis ketika
mengetahui lima cucu kesayangannya meninggal terbakar di istana yang jauh dari
Hastinapura. Karna, yang berstatus sebagai raja, jago panah, dan kakak tiri
para Pandawa, juga berkali-kali ditampakkan menangis ketika menghadapi dilema
antara membela Ibu kandung dan adik-adiknya, atau memegang janjinya kepada
Kurawa. Lalu lima satria Pandawa juga menangis galau saat harus menikahi
seorang wanita yang sama... Dan masih banyak lagi adegan berairmata lainnya.
Premis itu akhirnya memang mengokohkan ciri
khas film India yang diramu dengan bumbu tangis, tari dan nyanyian. Berbeda
tipe dengan drama serial Korea. Di film Korea yang pernah kutonton, aku belum
pernah melihat Rain atau Bae Yong Jun meneteskan air mata. Kesedihan tokoh pria
di drama Korea tampaknya cukup ditampilkan dalam ekspresi wajah yang dingin
kaku tanpa kata dan tetap tak menyertakan airmata. Bagaimana dengan hasil karya
Indonesia? Aku tidak terlalu mengikuti. Tetapi pernah suatu ketika, dalam satu
trailer sinetron, terselip adegan Dude Herlino yang berkata-kata sambil
meneteskan airmata...
Sedangkan di film Hollywood, sepertinya
airmata adalah benda "haram" bagi para ksatria atau superhero...
Coba, pernahkah anda melihat Robinhood atau Thor atau Captain America
meneteskan airmata? Hihihi...
Entah dari mana pula asal mulanya pakem
yang berlaku di kebanyakan kultur bahwa lelaki itu pantang menangis hingga
meneteskan airmata? Padahal, bukankah menangis itu adalah salah satu kemampuan
yang diberikan oleh Allah SWT bagi manusia untuk menyatakan perasaannya?
Maka, para ksatria, para lelaki... Jika
rasa sedih sudah demikian memenuhi kalbu, jangan sungkan atau malu meneteskan
airmata. Bukankah tangis, jika ditahan, hanya akan membuat leher serasa
tercekik oleh gumpalan yang tak terlihat, tapi justru makin menyakitkan?
Sedikit airmata, sebagai katalisator perasaan, pasti tak akan mengurangi kadar
kelelakian anda kan? Nah, silakan menangis... Tapi jangan keseringan, dan
jangan sampai tersedu-sedu yaaa.... Cukup airmata saja sebagai tanda...
Hehehe...
Pondok Gede - 08052014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar