--- Angraj Karn dan Putri yang Menolak
Manusia adalah gudangnya kekeliruan. Kadang
mereka menginginkan sesuatu, memilih-milih atau menolak sekehendak hatinya.
Tapi dikemudian hari, ternyata ia merasa telah keliru memilih dan menyesal, karena
"pilih-pilih tebu". Nukilan cerita di bawah ini mungkin bisa mewakili
keadaan tersebut.
TENTANG KARNA
Tersebutlah seorang tokoh dalam epos
Mahabharata bernama Karna yang selalu mendapatkan penghinaan karena statusnya
sebagai Suthputr (anak kusir) berkasta sudra di Hastinapura. Padahal biarpun ia
anak adopsi kusir yang ditemukan di sungai, ia adalah seorang yang piawai dalam
ilmu perang. Ia mampu menggunakan segala senjata walau keahlian utamanya adalah
dalam ilmu memanah. Yah, kalau diumpamakan dengan keadaan sekarang, kurang
lebih kemampuan berperangnya komplit, mirip-mirip pasukan khusus (tapi tidak termasuk keahlian menculik
... Hiks).
Berkat kompetensinya yang cemerlang dalam
ilmu perang, maka dalam suatu kesempatan dimana dia dihina dihadapan orang
banyak karena berkasta rendah, ia dibela dan diangkat menjadi raja Angga (salah
satu kerajaan sekutu Hastinapura) oleh pangeran mahkota Duryudhana. Sejak itu
namanya dikenal sebagai Angraj Karn atau raja Angga, dengan segala fasilitas
yang diterimanya sebagai pejabat istana seperti ; rumah, mobil, uang sidang,
uang seragam pelantikan.... Eh, salah ya? Itu sih anggota dewan di negara antah
berantah...hehe...
Begitulah. Sejak bergelar Angraj, Karna
yang pada dasarnya dianugerahi fisik dan inteligensi yang oke punya (maklum,
ayah biologisnya adalah Dewa Surya dan ibu biologisnya adalah putri kerajaan
Kuntibhoj) menjadi semakin
"cling" atau kinclong dan berkilau.
Beberapa versi menggambarkan bahwa sosok
Karna tidak kalah yummy dan crunchy dibandingkan Arjuna (adiknya se-ibu tapi
beda bapak), yang selama ini dikenal sebagai ksatria paling tampan di jagad
Mahabharata.
Ada yang menarasikan bahwa Karna adalah
lelaki berperawakan gagah, berwajah tampan dan penuh senyum. Selain itu dia
juga dikenal sangat dermawan dan murah hati. Siapapun yang meminta kepadanya,
tak pernah dibiarkannya pergi dengan tangan hampa. Wajahnya bercahaya karena
kilau anting yang melekat ditelinganya sejak lahir. Anting itu (beserta baju
zirah yang menyatu ditubuhnya) adalah hadiah dari ayahnya, Dewa Surya, pada
saat kelahirannya.
Khrisna, dalam sacred text Mahabharata
menggambarkan Karna dengan penuh pujian ;
"Hear in brief, O son of Pandu. I
regard the mighty car-warrior Karna as thy equal, or perhaps, thy superior. In
energy he is equal to Agni. As regard speed, he is equal to impetuosity of the
wind. In wrath, he resembles the Destroyer himself. Endued with might, he
resembles a lion in the formation of his body. He is eight ratnis in stature.
His arms are large. His chest is broad. He is invincible. He is sensitive. He
is a hero. He is, again, the foremost heroes. He is exceedingly handsome.
Possessed of every accomplishment of a warrior, he is dispeller of the fears of
friends..."
Penasaran? Nah, seperti inilah penampakan
Karna dan Arjuna dalam Mahabharata versi Starplus India ;
Arjuna (Sumber : Starplus) |
Suatu ketika, raja negara Panchala
mengadakan sawyamvar (sayembara) atau kompetisi untuk memilih calon suami bagi
putri raja yang bernama Drupadi.
Adapun kompetisi diadakan di sebuah lokasi
mirip ampitheatre. Para pangeran dan raja yang diundang diharuskan memanah mata
boneka ikan yang berputar dan digantung di atas kolam. Pemanah tidak
diperbolehkan melihat langsung ke arah boneka ikan itu, melainkan hanya melalui
bayangan yang terpantul di air kolam. Rumit kan? Belum lagi busur yang
disediakan oleh raja Panchala adalah busur istimewa yang beratnya minta ampun.
Tidak semua ksatria dan prajurit mampu mengangkat busur itu, apalagi
merentangkan talinya untuk memanah. Tak heran jika Krishna, avatar Dewa Wisnu,
mentor dan penasehat Pandawa yang serba tahu, sebelum kompetisi dimulai sudah
mengatakan kepada Raja Panchala dan Drupadi bahwa nantinya yang sanggup
mengangkat dan menggunakan busur itu hanya Arjuna dan Angraj Karn.
Nah, Duryudhana sebagai pangeran mahkota
Hastinapura tentunya juga mendapat undangan untuk ikut sawyamvar. Secara,
Hastinapura adalah kerajaan besar di kawasan India kuno waktu itu. Tapi
pangeran mahkota yang satu ini tampaknya kurang pede dengan keahliannya
menggunakan busur sebagai senjata, karena major-nya semasa menjadi murid Guru
Drona adalah senjata gada. Maka kemudian dia mengajak Karna yang spesialis
memanah untuk mewakili dirinya mengikuti kompetisi memperistri Drupadi.
Padahal dibalik layar panitia sawyamvar,
sebenarnya kompetisi ini hanya formalitas untuk mengundang pangeran impian
Drupadi yaitu Arjuna. Oya, waktu itu Arjuna bersama empat saudara dan ibunya
sedang dalam masa penyamaran sehingga dipandang perlu untuk menarik keluar
dirinya - agar menampakkan batang hidung, mata dan telinganya di depan Drupadi
- lewat cara ini.
Heran juga ya, tega-teganya panitia
sawyamvar membuat kebohongan publik. Mereka mengundang para pangeran dan raja
untuk berkompetisi padahal sudah tahu bahwa yang kompeten untuk itu hanya
Arjuna dan Karna, confirm dengan sabda Khrisna sebagai penjelmaan Dewa Wisnu...
Apakah panitia ini belajar politik dari suatu negeri di Asia Tenggara?
Entahlah.
Selanjutnya, pada hari H jam J menit M,
berdatanganlah para pangeran dan raja ke kerajaan Panchala. Mereka disambut
dengan meriah dan penuh hormat. Para undangan VVIP dan VIP duduk di tribun yang
berdekatan dengan Raja Phancala dan Drupadi yang sudah berdandan extravaganza
selayak toko emas berjalan (maklum, kan nanti mau bertemu dengan Arjuna si
pangeran impian...).
Acara pun dibuka oleh ketua panitia, dalam
hal ini adalah kakak lelaki Drupadi, yaitu Pangeran Dristadyumna. Berpidatolah
kemudian sang pangeran dan juga sang Raja Panchala dengan memakan waktu sekian
menit. Pidatonya tanpa teks lho...Hebat ya? Padahal jaman dulu kan belum ada
kursus public speaking...
Diutarakannya ucapan terima kasih atas
kehadiran para tamu dan penonton dari kalangan rakyat akar rumput, serta segala
hal yang berkaitan dengan kompetisi. Termasuk tata cara dan aturan kompetisi yang
berlaku. Pokoknya mirip dengan gaya para panitia acara di salah satu negara
Asia Tenggara itu deh... Bisa dibayangkan sendiri kan? Hehe...
Setelah itu, mulailah satu persatu para
pangeran dan raja mencoba peruntungannya di depan busur sakti yang diletakkan
di samping kolam di tengah arena.
Dan benar, tak ada satu pun pangeran yang
bisa mengangkat busur dari tempatnya. Malah ada yang terpelanting dan jatuh
terjengkang karena begitu ngotot mengangkat busur tanpa mengukur kekuatan.
Giliran Duryudhana tiba. Sebelumnya dia
mengatakan kepada publik bahwa untuk event kali ini, ia akan diwakili oleh
karibnya, Karna yang menjabat sebagai raja Angga. Tentu saja ini ditolak
mentah-mentah oleh ketua panitia. Masa' ikut sawyamvar pakai perwakilan?
"Masbro, emangnya ini parlemen?"
Tanya Pangeran Dristadyumna si ketua panitia dengan agak bete.
Setelah melakukan diskusi kecil dengan
timnya (rada terpaksa sih, daripada tengsin), Duryudhana akhirnya memutuskan
bahwa Raja Angga a.k.a. Karna dalam kesempatan ini akan berkompetisi untuk
dirinya sendiri. Jadi kalau ternyata nanti dia bisa memanah target dengan
tepat, dia yang akan memperistri Drupadi.
Pikir Duryudhana, tak apalah, sekali lagi
memberi hadiah kepada sahabat karibnya yang raja sakti mandraguna kebal
senjata, tapi masih menjomblo. Disamping itu, kemungkinan Duryudhana juga tidak
merasa kena setrum ketika melihat Drupadi. Jadi, no hurt feeling kalau akhirnya
nanti Drupadi menjadi istri Karna.
Setelah sedikit shock dengan perubahan
mendadak itu, akhirnya Karna menyetujui solusi dari Duryudhana. Matanya
beberapa kali memandang tajam ke arah Drupadi yang cantik tapi arogan dan judes
mulutnya. Apakah ada kejut-kejut listrik dalam diri Karna ketika memandang
Drupadi? Tak ada yang tahu. Wong tak ada satu orang pun yang menemukan artefak
diary Karna. Itu pun kalau dulu Karna biasa menuliskan curahan hatinya. Kan
waktu itu belum ada diary bergambar jantung hati atau Hello Kitty...hihi...
Tapi ternyata ada versi yang menyebutkan
bahwa sebenarnya Karna tidak peduli (bahasa halus dari "tidak
tertarik") pada Drupadi. Ia mengikuti sawyamvar ini hanya untuk
menyenangkan hati Duryudhana yang telah bermaksud baik kepadanya. Jika pun ia
nantinya berhasil memenangkan Drupadi, kemungkinan ia akan kembali
menghadiahkan Drupadi kepada Duryudhana... Yaelah, bolak balik kayak main
pingpong...
Justru dalam versi lain yang beredar di
India pada abad ke-18, Drupadi lah yang sebenarnya tertarik pada Karna.
(Tentang ini dapat dibaca lebih lanjut di bagian khusus Drupadi di bawah ini). Yup, sepertinya perbedaan
kasta-lah yang menyebabkan Drupadi menampik Karna.
Drupadi pun resah ditatap sedemikian rupa
oleh Raja Angga yang gagah, tampan yummy crunchy, berkharisma... High quality
jomblo yang belum pernah mengenal cinta dari cewek selain ibu (angkat) nya, dan
punya kans besar untuk menang. Sementara pangeran impiannya, Arjuna, belum
tampak sedikitpun ujung jempol kakinya...haddeeuww...
Apa jadinya kalau nanti Raja Angga yang
menang? Padahal sawyamvar ini kan sebenarnya dibuat untuk menarik Arjuna dari
persembunyiannya, pikir Sang Putri arogan ini.
Maka kemudian, Raja Angga pun turun dari
tribun untuk mengambil kesempatan. Langkahnya tenang dan percaya diri menuju
tempat busur diletakkan. Sekali dia melayangkan tatapan mata elang ke arah Drupadi
yang hatinya kebat-kebit.
"Oh, Arjuna, pangeran impian, cepatlah
muncul... Bagaimana mungkin Raja Angga yang akan memenangkan diriku padahal
sawyamvar ini dibuat khusus untukmu. Lebih buruk lagi, aku khawatir hatiku
luluh oleh tatapan Raja Angga yang sama berkualitasnya dengan dirimu,"
keluh hati Drupadi.
Sementara, Raja Angga telah berdiri
mengamati busur sakti. Menatapnya sejenak seakan berbicara membujuk si busur
agar bersikap koperatif dengannya. Dan, voila...! Raja Angga pun mengangkat
busur sakti itu dengan satu tangan. Satu tangaaan, saudara-saudara
pemirsaaah...! What a great...! Penonton pun terkesima. Padahal sebaliknya
Drupadi dan ayahnya, Raja Panchala, sudah mencapai kegalauan sekaligus
kecemasan level tinggi. Mana Arjuna? Manaaa...?!!! Sementara Khrisna sang maha
tahu tersenyum mengamati.
Di bawah tribun, Raja Angga sangat tenang
melanjutkan kegiatan sesuai SOP, dengan mulai mengikatkan tali pada busur.
Sekali lagi ia melayangkan tatapan tajam kearah Drupadi. (Btw, kalau ekke yang
berada di tempat Drupadi, pasti ekke sudah pingsan berkali-kali bcoz of
diliatin terus sama lekong yang macho bingits macam doski... Ihiiiikkk... *mukul-mukul
tembok*).
Angraj Karn lalu mengambil anak panah yang
diletakkan di tempat berkalang bunga. Sang raja berkasta sudra itu melakukannya
dengan elegan seakan sedang menjalani
sebuah ritual suci. Selanjutnya ia melangkah ke pinggir kolam, menatap bayangan
ikan berputar yang terkaca di permukaan kolam. Ia pun mengambil posisi dengan
menekuk sebelah kaki, merendahkan tubuh. Sebelah tangannya mengangkat busur
yang mengarah keatas, tempat tergantungnya boneka ikan yang menjadi target.
Sedangkan tangan lainnya menarik anak panah yang melekat pada tali busur.
Disaat yang sama, pandangannya terkonsentrasi penuh pada bayangan ikan di
kolam. Suara busur yang berderit, meregang karena ditarik dengan kekuatan batin
dan fisik membuat penonton semakin terpaku dan terdiam. Mereka menantikan Raja
Angga melepaskan anak panah. Mereka yakin boneka ikan itu akan kena anak panah
tepat di sasaran, dan Raja Angga lah yang akan menjadi suami Putri Drupadi.
Versi asli, the sacred text of Mahabharata,
pun menggambarkan situasi Karna saat itu dengan dahsyat : "Uprose Karna, peerless archer, proudest the archers he. And he
went strung the weapon, fixed the arrow gallantly. Stood like SURYA in his
splendour and like AGNI in his flame..."
(Thanks to Starplus yang mem-visualisasikan
ini lewat casting yang definitely match dan ajib bingits, membuat para penonton perempuan beralih perhatian kepada tokoh Karna
dan melupakan Arjuna... *peluk Aham Sharma*)
Seperti inilah visualisasi Raja Angga saat
berada di arena, yang dikembangkan oleh Starplus :
sumber : @Aham Sharma FC |
Sumber : @Aham Sharma FC |
Tapi tidak demikian halnya dengan Drupadi
dan Raja Panchala. Mereka cemas. Karena jika Raja Angga berhasil memanah ikan
dengan tepat, maka rusaklah semua yang sudah di-skenariokan oleh Khrisna,
inisiator dan penggagas perhelatan sawyamvar ini. Berkali-kali Drupadi
memanjangkan leher melihat kearah pintu masuk. Siapa tahu pangeran impiannya muncul
dari sana. Raja Panchala gelisah, berulangkali mengepalkan tangan dan memandang
kepada Khrisna, meminta solusi... Sebaliknya Khrisna masih tersenyum dengan
tenang mengamati Raja Angga yang berkonsentasi pada target.
Namun apa yang terjadi selanjutnya adalah
diluar dugaan. Sesaat sebelum Raja Angga melepaskan anak panah, tiba-tiba
Drupadi berteriak,
"Berhenti! Aku menolak bersuamikan
seorang suthputr...!" (OMG, this is such a rude by someone called
Princess...)
Semua yang berada di ampitheatre itu tercengang (Tolong dicatat : disini penonton tidak berbarengan meneriakkan
"Waww, aku tercengaaanggg..." ala Fitrop sambil meletakkan dua
telapak tangan dibawah dagu. Mohon, jangan membayangkan seperti itu yaaa.... Plisss....).
Pun Raja Angga yang kemudian berhenti
mengarahkan anak busurnya ke target. Wajah yang semula tenang penuh
konsentrasi, seketika berubah. Ekspresi campur aduk antara marah, terhina,
kecewa dan putus asa. Rahangnya mengeras menahan emosi, hingga urat lehernya
terlihat jelas. Untuk kesekian kalinya ia menerima penghinaan karena kasta. Dan
kali ini ia dihina oleh seorang wanita! Di depan umum pula! Well, sangat
menyakitkan. Dan itu bisa dipahami. Ada yang bilang, bagi seorang lelaki
penghinaan yang dilakukan oleh seorang perempuan kepadanya, jauh berlipat-lipat
sakitnya daripada hinaan yang dilontarkan oleh sesama lelaki. Is that right,
brother?
Dengan wajah menahan emosi, Karna lalu
menatap matahari yang tengah bersinar cerah hari itu. Oya, Karna hingga saat
itu belum tahu bahwa ia adalah anak Dewa Surya. Hanya saja, mungkin karena
ikatan batin, Dewa Surya menjadi dewa yang selalu mendapatkan pemujaan darinya
di tepi sungai Gangga.
Ketika Karna menatap matahari dengan mata
telanjang itu, tiba-tiba kemudian matahari bersinar dengan sangat terik,
menampakkan bola api yang berpijar garang di angkasa. Semua yang hadir berupaya
menghindar dengan menutupi wajah dan mata masing-masing, berbeda halnya dengan
Karna. Rupanya kali ini Dewa Surya amat marah karena anaknya dihina dengan
kasar di muka umum.
Susah membayangkan wajah Aham Sharma, eh,
Raja Angga yang sedang emosi tapi tetap unyu? Nih, ada pict-nya... Silakan
dipandangi ;
Tips :
Untuk merasakan "nafas" dan suasana cerita ini, saya sarankan
untuk menonton visualisasi versi terkini di tayangan yang dikembangkan oleh
Starplus. Disana akan terasa ketegangan suasana ketika Karna menarik anak
panah. Suasana kecewa saat Drupadi memutus konsentrasi Karna, saat Karna
menahan emosi sambil menatap matahari, dan ketika Dewa Surya menunjukkan amarahnya.
Dijamin anda akan diam tak bergerak sambil bengong menatap layar... Trust me!
Dikemudian hari, di peristiwa perjudian
yang di-arrange oleh Duryudhana dan saudaranya para Kurawa, Karna membalaskan
sakit hatinya dengan menghina Drupadi di depan majelis yang hadir. Sangat
emosional, dan itu menjadi penyesalan bagi Karna diujung hidupnya. Beruntung,
ia masih punya kesempatan meminta maaf kepada Drupadi melalui Khrisna.
Selanjutnya? Sudah bisa diduga. Arjuna lalu
muncul dari penyamaran sebagai brahmana. Menunjukkan keahliannya memanah,
berhasil, lalu membawa Drupadi sebagai calon pengantinnya. As simple as that.
Bukankah itu yang dimaui oleh Drupadi dan direstui oleh Khrisna yang avatar
Dewa Wishnu?
Tapi ternyata kisah selanjutnya tidak
sesederhana itu bagi Drupadi. Dikemudian hari, ia sempat mengeluh dan menyesali
nasibnya kepada Khrisna. Pingin tahu? Nah, baca bagian selanjutnya di bawah
ini.
TENTANG DRUPADI
Alkisah, setelah dirinya dimenangkan oleh
Arjuna, maka Drupadi pun dibawa pulang oleh Arjuna diiringi oleh
saudara-saudara Arjuna : Yudhistira, Bhima, Nakula dan Sahadewa. Pada masa itu
para Pandawa dan ibunya, Kunti, sedang dalam masa pelarian dan penyamaran
setelah istana mereka dibakar oleh Kurawa.
Jadi karena mereka menyamar sebagai
brahmana miskin, maka Drupadi pun dibawa ke rumah mereka, sebuah gubuk
sederhana. Iyalah. Nggak cucok dong, kalau mereka menyamar sebagai orang miskin
tapi rumahnya berupa bangunan bertingkat bergaya minimalis dan carport cukup
untuk dua mobil...
Di gubuk itu, Kunti - ibu para Pandawa,
sedang bersemedi sambil memejamkan mata. Konsentrasinya pecah
ketika anak-anaknya datang dan membawa berita ;
"Ibu, lihatlah, hari ini kami
mendapatkan hadiah...," kata anak-anaknya.
Tanpa membuka mata, Kunti langsung
menjawab, "Ibu telah mengajarkan kalian untuk selalu berbagi. Bagilah
hadiah itu dengan rata..."
Jedheeerrr... Bumi gonjang ganjing langit kerlap kerlap... (kata dalang Ki Timbul Hadiprayitno). Pandawa, terutama Arjuna tentu saja kaget setengah mati. Lha, ini hadiahnya seorang putri raja, kok disuruh bagi lima?! Dia kan sama sekali tidak mirip dengan seloyang lapis legit yang bisa dibagi dan masing-masing mendapat seperlima bagian ?! Pandawa terdiam, tak bisa berkata apapun.
Kunti akhirnya curiga juga. Kok tiba-tiba
terjadi kesenyapan dalam waktu cukup lama? Ia pun membuka mata menghentikan
meditasi. Saat membuka mata, tampaklah olehnya seorang putri cantik dengan
pakaian glamour yang bling-bling abis... Syahrini kalah deh... Hihi...
sumber : Starplus |
Sekarang giliran Kunti yang terkejut berat
(untung nggak memegang dada kiri, lalu jatuh kena serangan jantung ala sinetron
Indonesia). Ibu ini hanya menutup mulutnya dengan mata membelalak menyesali
kesalahan dalam memberi perintah kepada anak-anaknya. Akan halnya Drupadi,
bling-bling nya langsung padam seperti bara api unggun disiram air dua
gentong...
Setelah itu, bisa diduga, terjadilah
kegalauan di gubuk sederhana itu. Kunti menangis menyesali kecerobohannya.
Arjuna bingung, secara dia yang sebenarnya paling berhak atas Drupadi, tetapi
kemudian harus berbagi dengan empat saudaranya. Sedangkan Yudhistira, Bhima,
Nakula, Sahadewa juga kusut ; Masa iya sih, yang berhak Arjuna tapi kita-kita
juga ntar ikutan kebagian?
Tapi diluar semua itu, yang paling bikin
galau adalah ; bahwa setiap kata Ibu adalah sabda dan atau perintah. Jadi wajib
hukumnya buat dijalankan. Lalu, kalau pun itu nantinya dijalankan, apa kata
orang? Seorang perempuan bersuami lima, itu adalah tidak normal dan bisa
dianggap aib. Beda halnya dengan seorang pria yang beristri lebih dari satu.
Itu mah, jamak...
Terlebih lagi Drupadi. Hatinya tidak rela.
Suami impiannya cuma Arjuna, lha kok ini ditambahi empat orang lagi? Repot euy,
membagi waktu apalagi membagi hati... Belum lagi nanti urusan dapur, tiap hari
harus masak beras berapa kilo, ayam berapa ekor, tempe berapa papan? Mana harga
cabe keriting tidak stabil pula... Apalagi Bhima itu... makannya banyak banget.
Iyuuuhh... Ampun deeehhh... (Maklum di jaman itu belum ada warung padang atau
warung tegal, apalagi katering).
Akan hal ini, pada suatu waktu, Drupadi menumpahkan perasaannya kepada Khrisna,
sahabatnya : "Wahai Khrisna, bagaimana mungkin aku seorang wanita harus
bersuamikan lima orang? Apakah Dewa sedang mengutukku?"
Lalu Khrisna menjawab, "Tapi kau telah menolak Raja Angga dan memilih Arjuna, mbak
sist. Ya, itulah konsekuensi yang harus kau terima..."
Mengapa Khrisna menjawab demikian? Ternyata
ada latar belakangnya. Ini merupakan salah satu dari sekian banyak versi yang
berkembang dari Mahabharata. Begini ceritanya :
Duluuu...sebelum
ber-reinkarnasi, jiwa Drupadi berada dalam tubuh seorang gadis cantik, putri
seorang brahmana. Namun karena dia telah menolak dengan kasar perintah seorang
Resi yang telah menolongnya, ia pun menerima kutukan. Sang Resi mengutuk gadis
itu menjadi buruk rupa dan tidak akan memiliki suami. Dua hal yang sangat
ditakutkan oleh seorang gadis kan?
Menyesal
dan takut jika kutukan itu terjadi, maka si gadis langsung melakukan meditasi
(pemujaan) untuk Dewa Shiva, dengan duduk diatas api. Alih-alih membakarnya,
api itu justru menjadikan wajahnya lebih
cantik dari hari kehari.
Dewa
Shiva pun kemudian terkesan dengan kegigihan si gadis, hingga akhirnya berkenan
menemui si gadis dan bertanya,
"Wahai
gadis, upaya dan kegigihanmu patut dihargai. Sekarang, apa sebenarnya yang kau
inginkan?"
"Dewa
Shiva yang agung, aku menginginkan suami. Tapi dia haruslah yang bermoral, dan
memiliki fisik yang kuat. Selain itu dia juga harus ahli dalam ilmu perang,
tampan dan cerdas...," pinta si gadis.
Weleh...weleh... Tidak tanggung-tanggung, lima kriteria lelaki terbaik diminta sekaligus oleh si gadis.
Weleh...weleh... Tidak tanggung-tanggung, lima kriteria lelaki terbaik diminta sekaligus oleh si gadis.
Dewa
Shiva tersenyum mendengar permohonan itu, "Baik, permintaanmu akan
terkabul. Engkau akan memiliki lima orang suami seperti yang kau minta,"
katanya.
"Tapi
Dewa, seorang wanita yang bersuami lebih dari satu adalah hal yang
buruk...," si gadis berusaha menganulir permintaannya. Dewa Shiva tidak
menjawab, hanya tersenyum dan berlalu. Tinggallah si gadis dalam kebingungan
karena telah salah mengajukan permintaan.
Dengan
berlalunya waktu, pada kehidupan berikutnya, jiwa si gadis itu lahir kembali
dan mengisi tubuh Drupadi.
Demikianlah. Jiwa dari kehidupan masa lalu
telah membawa nasib yang tak biasa bagi Drupadi. Ia menjadi istri dari lima
orang ksatria Pandawa bersaudara.
Hal yang tidak normal itu pun menjadi
pergunjingan dikalangan kerajaan, para sosialita tanah India kuno, dan rakyat
akar rumput... Untungnya di jaman itu belum ada channel teve dan tabloid
infotaintment, sehingga Drupadi dan para suaminya tidak repot dikejar-kejar
wartawan, dimintai waktu wawancara sepanjang hari dan dikuntit oleh
paparazzi...
Terkait dengan suami-suaminya, Drupadi
tidak menyangka bahwa keinginan dan keputusannya untuk memilih Arjuna ternyata
membawa kepada nasib yang kurang mengenakkan. Dengan menjadi istri dari lima
lelaki, ia kerap mendapat cibiran. Puncaknya adalah peristiwa penghinaan
terhadap dirinya dalam perhelatan permainan dadu yang dimenangkan oleh Kurawa.
Di depan para petinggi kerajaan dan bangsawan
(termasuk Karna) ia dijadikan obyek taruhan judi, dicaci dan direndahkan.
Malang, tak satupun dari lima suaminya - yang semuanya ksatria - mampu
menghentikan drama itu dan menolongnya. Ini yang selalu disesalkan oleh
Drupadi, lalu menjadi dendam yang menyulut perang Bharata.
Salah satu versi lagi : Dibalik semuanya
itu, sebenarnya Khrisna - yang tahu segala - telah berusaha menolong Drupadi
dengan menciptakan alternatif pilihan. Dengan kemengertian dan kuasanya sebagai
avatar Dewa Wishnu, ia menyusun suatu keadaan untuk memunculkan Karna sebagai
kompetitor Arjuna dalam sawyamvar di kerajaan Panchala.
Khrisna tahu, hanya Karna yang memiliki
lima kriteria sekaligus yang diinginkan oleh Drupadi untuk menjadi suaminya
(Yihaaa...paket komplit, cuy...). Sementara pada Pandawa, kriteria-kriteria itu
terbagi pada Yudhistira (untuk moral dan kebenaran), Bhima (untuk kekuatan
fisik), Arjuna (keahlian berperang), Nakula (ketampanan) dan Sahadewa
(kecerdasan).
Bukankah sebelum sawyamvar dilaksanakan,
Khrisna telah mengatakan kepada Drupadi dan Raja Panchala bahwa hanya ada dua
orang yang sanggup menggunakan busur itu. Yaitu Arjuna dan Angraj Karn...
Sayang seribu sayang, Drupadi tidak menangkap sasmita (clue) yang diberikan
oleh Khrisna.
Dan sayang sekali lagi, pada sawyamvar itu
Drupadi langsung menolak dan menghina Karna hanya karena Karna berkasta sudra.
"Nggak level, ah. Masa aku putri raja
bersuami seorang suthputr..." Itu mungkin yang ada dipikiran Drupadi yang
sombong saat itu. Padahal, siapa yang menyangka bahwa Raja Angga yang dihinanya
itu adalah anak Dewa Surya dan Kunti yang juga anak raja, sama level dengan
dirinya?
Jauh dikemudian hari, saat Drupadi tahu
dari Khrisna bahwa Karna adalah anak Kunti yang berarti adalah saudara tertua
dari Pandawa, ia berkata,
"Andai dulu aku tidak menghina dan
menolak Karna. Andai ia adalah suamiku. Aku tidak akan menerima penghinaan
sebagai perempuan tidak bermoral karena bersuami lima orang, seorang istri yang
dipertaruhkan di meja judi oleh suaminya sendiri..."
(Mbak sist, makanya sebelum menjatuhkan
predikat pada orang lain, cari info yang valid dulu, dong. Browsing, kalau
perlu stalking-stalking juga... Biar nggak menyesal di belakang hari).
Kekecewaan Drupadi kepada lima suaminya
itu, menurut versi yang beredar di Benggala, India pada abad ke 18, ternyata
semakin mengentalkan ketertarikan dan hasrat terpendam Drupadi terhadap Karna.
Dalam cerita versi ini, tergambar betapa Karna memiliki tempat khusus di sudut
hati Drupadi. Begini ceritanya :
Ketika Pandawa dan Drupadi sedang menjalani
masa pembuangan di hutan. Mereka sedang berjalan menuju suatu tempat dan
berhenti sejenak untuk beristirahat.
Di tempat itu Drupadi melihat pohon mangga
yang sedang berbuah lebat. Lalu dengan sedikit mengajuk manja, dia meminta
Arjuna untuk memetik buah mangga paling ranum yang berada di ranting teratas
pohon itu. Tak tahan mendapat rengekan dari istri tercinta yang cantik jelita
dengan mata mengerjap-ngerjap memohon, Arjuna pun seketika melontarkan anak
panahnya hingga buah mangga yang tak bersalah itu terputus dari ranting dan
jatuh ke tanah.
Saat itu pula, muncullah Khrisna. Ia tahu
bahwa pada diri Drupadi saat itu ada kesombongan dan kejumawaan yang mesti
diruntuhkan. Drupadi merasa bahwa ia adalah istri yang paling hebat. Paling
setia, paling tahan menderita mengikuti lima suaminya berkelana di hutan... Dan
ia ingin semua orang tahu dan memuji pengorbanannya.
Menemui Pandawa dan Drupadi, Khrisna
menegur mereka yang telah lancang mengambil mangga tanpa ijin. Menurut Khrisna,
mangga itu adalah milik Resi Sandipan yang terkenal pemarah dan suka mengutuk.
Jika sang Resi tahu ada yang mengambil mangga miliknya tanpa ijin, sang Resi
akan mengutuk orang yang mengambil menjadi abu. Mendengar itu, Pandawa dan
Drupadi menjadi jiper juga (Ksatria juga manusiaaa, punya rasa punya hatiiii,
punya juga rasa takuuutt.... *nyanyi lagu Jamrud*). Mereka meminta solusi dari Khrisna bagaimana caranya mengembalikan
mangga yang telah terpetik itu kembali ke rantingnya.
Khrisna, dengan senyum penuh rahasia
mengatakan : Buah mangga itu bisa kembali ke tempat asalnya jika seluruh pelaku
(Pandawa dan Drupadi dianggap satu kesatuan) bisa mengatakan dengan jujur apa
yang terlintas di pikiran mereka saat itu. Semuanya setuju. (Daripada jadi abu...iihh...
Ntar abunya dipakai nggosok kuali pula... Ogahlah yaauww... *Olga style mode
on*)
Sesi kejujuran dan pengakuan kali ini
dimulai dari Yudhistira, dilanjutkan oleh Bhima, Arjuna, lalu Nakula dan
Sahadewa. Setiap kali mereka selesai bicara, buah mangga itu naik ke ranting
secara bertahap menuju ke ranting teratas. Saat giliran Drupadi tiba, mangga
itu dalam posisi tinggal setingkat lagi untuk kembali ke tempatnya semula.
Drupadi mengatakan, bahwa yang ada dipikirannya adalah : Setiap saat ia bermimpi
semua Kurawa akan dibunuh oleh Bhima dan istri-istri mereka akan menangis dalam
kesedihan. Dia sendiri akan melakukan Yajna dan menjaga semua teman dan
kerabatnya.
Begitu Drupadi selesai bicara, mangga itu
kembali terjatuh ke tanah. Tanda bahwa Drupadi tidak mengatakan yang
sebenarnya.
Pandawa terkejut tidak menyangka. Mereka
memohon agar Drupadi mengatakan yang sebenarnya ada dalam pikirannya, agar
mereka tidak dikutuk menjadi abu oleh Resi Sandipan. Drupadi hanya diam. Namun
setelah Yudhistira desperately memohon, Drupadi mengungkapkan hal yang
mengejutkan (jreng... jreng... jreeenggg ...) : Ia berpikir, kalau
saja Karna juga adalah putra Kunti, maka ia akan memiliki enam suami.
(OMG, Princess... Dulu dirimu menolak Karna
dengan kasar. Lalu kenapa sekarang kau begitu terobsesi pada anak kusir itu? Betul kata ungkapan bahwa "hati wanita sedalam samudra, tak ada
yang tahu apa yang ada di dasar samudra itu".
Tapi, BTW, siapa juga perempuan yang nggak
bakal termimpi-mimpi, jika sosok Karna benar-benar seperti yang
divisualisasikan oleh Starplus kali ini? Prikitiuww... *peluk Aham Sharma sekali lagi*)
Setelah Drupadi selesai bicara, mangga itu
terangkat dan kembali melekat di ranting tertinggi tempat asalnya. Pertanda
bahwa apa yang dikatakan Drupadi itu benar adanya. Mendengar itu, Yudhistira
terdiam, sedangkan Bhima menjadi marah. Karena dibanding empat Pandawa lainnya,
Bhima lah yang memiliki cinta terbesar dan sangat care kepada Drupadi. Arjuna?
So so lah... Konon karena dia kecewa harus "membagi" Drupadi dengan
saudara-saudaranya, maka ia mengalihkan cinta terbesarnya kepada Subhadra.
Istri keempat yang berstatus sebagai adik Khrisna, dan memberinya seorang putra
dan cucu yang akan meneruskan tahta Hastinapura.
Khrisna akhirnya menenangkan dan menengahi
mereka. Meminta Pandawa agar berhenti menyesali Drupadi. Khrisna tahu mengapa
Drupadi tertarik kepada Karna, tapi ia merahasiakannya dari Pandawa. Khrisna
pun, seperti biasa, tersenyum misterius. Rencananya untuk meruntuhkan
kesombongan Drupadi telah berhasil. Mission's complete.
Maka dengan demikian, cerita ini pun
menjadi complete. Selesai.
(Jempol pegeeelll. Lihat jam dinding
ternyata sudah lewat jadwal ngobrak-ngabrik dapur untuk dinner nanti...
Haddeeuuww... *gubrakk*)
Pondok Gede - 20082014
*) Diceritakan kembali, dengan sumber dari
tayangan Mahabharata versi Starplus, berbagai artikel di page Mahabharata dan
buku "The Queens of Mahabharata" oleh Kavita A. Sharma.