(Based on true story)
Dengan niat ingin menjadi warga negara baik dan taat pajak... Maka pada suatu pagi menjelang siang yang terik,
karena musim kemarau hampir tiba, bersiaplah aku pergi memenuhi
kewajiban membayar PBB (pajak bumi bangunan), sama sekali bukan
'persatuan bangsa-bangsa' atau 'partai bulan bintang', apalagi
'penggemar bala-bala"... Catat!
Dan berdasarkan yang tercantum di SPPT, ada 3 bank dan atm yang ditunjuk untuk menerima setoran PBB. Maka aku menuju ke bank besar milik pemerintah. Disana aku disambut dengan santun
oleh pak satpam yang berdiri di depan pintu. Dan inilah yang terjadi.
Satpam : Selamat pagi, ibu. Bisa dibantu?
Saya : Pagi... Pak disini menerima setoran PBB? *penuh harap*
Satpam : Maaf ibu, cabang ini tidak menerima setoran PBB...
Saya : Kalau lewat ATM, bisa kan? *penuh harap*
Satpam : Saat ini belum bisa juga, ibu. Maaf....
Saya : Terus cabang yang terima setoran PBB dimana, pak? Kalau
yang di dekat pasar atau depan mall atau di seberang monumen itu bisa
nggak? *masih penuh harap*
Satpam : Setahu saya, disana juga tidak menerima setoran PBB....
Saya : Terus dimana dong, pak? *mulai putus asa*
Satpam : Di cabang yang di xxxxx itu menerima. Ibu bisa kesana.....
Saya : (dalam hati) OMG, itu jauhnya 10 kilometer dari sini....
Seakan tahu "keberatan" dan kekecewaanku, maka pak satpam mencoba memberi solusi,
Satpam : Atau mungkin ibu bisa coba di bank Bujubune yang di depan swalayan itu, bu.... Tidak terlalu jauh dari sini.
Saya : Iya deh, saya coba kesana. *kembali berharap*
Sesampai di bank Bujubene, inilah yang terjadi ;
Saya : Siang, pak.... Kalau mau setor PBB disini bisa, pak? *menyapa pak satpam yang berdiri di depan mesin antrian*
Satpam : Bisa, ibu.... tapi jam segini nomor antriannya sudah tinggi....
Saya : Kalau saya ambil nomor sekarang, saya dapat nomor berapa?
Satpam : Nomor 112, bu.... Sekarang layanan baru sampai nomor 76...
*sambil menyerahkan secarik kertas bertuliskan angka 112 yang diambilnya dari mesin antrian*
Saya : Jadi dengan nomor ini, kira-kira jam berapa saya sampai di teller, pak? *mulai masygul*
Satpam : Kira-kira jam satu siang, bu.
Saya melirik jam tangan. Sekarang baru jam 10.30. Si Bungsu sudah sms
minta dijemput di sekolah, dan aku belum dapat bahan makan siang
anak-anak. Duh, sabar ya bu...... Kataku menenangkan diri sendiri.
Saya : Kalau lewat ATM bisa pak? *melihat mesin ATM di pojok ruangan*
Satpam : Wah, saat ini mesin ATM sedang dalam pemeliharaan, bu. Jadi
tidak bisa.... Sebenarnya kalau mau dapat nomor antrian kecil, ibu bisa
ambil nomor dulu pagi-pagi sebelum kantor buka.
Saya : Jam berapa pak?
Satpam : Kira-kira jam 6.30 deh... Kantor (bank) buka jam 8.30 bu.
Saya : *kali ini benar-benar masygul*
Satpam : Atau ibu bisa ke cabang kami yang di xxxxxxxxxxx . Barangkali disana tidak terlalu ramai.....
OMG, lagi-lagi di lokasi yang jauhnya sekitar 1 jam perjalanan karena
macet dan melewati jalan dengan lubang-lubang menganga sedalam 20
senti... *gggrrrrmmmpphhhff*
Saya : Enggak deh,
pak.....Saya nanti bayar PBB-nya kalau bank sudah siap dan jalan ke
xxxxxxxx sudah diperbaiki..... Ma kasih ya, pak.....
*berlalu keluar dari bank*
See...?? Susah kan mau jadi warganegara yang baik di negeri yang lucu ini?
Pondok Gede - 13062014